Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin (6/11), dan menegaskan kembali dukungannya yang teguh kepada Israel dalam perjuangannya melawan Hamas. Dia juga menekankan kembali pentingnya melindungi warga sipil Palestina dan mengurangi kerugian sipil selama operasi militer.
Kedua pemimpin membahas kemungkinan adanya jeda taktis untuk memungkinkan warga sipil di Gaza meninggalkan daerah konflik yang sedang berlangsung dengan aman, untuk memastikan bantuan menjangkau warga sipil yang membutuhkan, dan cara untuk memungkinkan pembebasan sandera. Presiden Biden juga membahas situasi di Tepi Barat dan perlunya meminta pertanggungjawaban dari pemukim ekstremis atas tindakan kekerasan yang mereka lakukan. Kedua pemimpin itu sepakat untuk berbicara lagi dalam beberapa hari mendatang, kata Gedung Putih.
Pada konferensi pers virtual pada Senin, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyatakan harapan bahwa jeda kemanusiaan akan diterapkan sesegera mungkin di wilayah kantong tersebut.
Dia mencatat bahwa Washington akan melanjutkan pembicaraan ini dengan Israel selama diperlukan dan mengatakan ada beberapa indikasi bahwa upaya sedang dilakukan untuk meminimalkan kerusakan lebih besar di Gaza, meskipun dia memperingatkan, “Saya tidak ingin melebih-lebihkan hal itu.
Kirby mengatakan kita telah melihat ribuan orang tak berdosa terbunuh dan setiap kematian merupakan sebuah tragedi, dan “kami tidak ingin melihat ada nyawa tak berdosa yang terenggut.”
Dia mengatakan AS melakukan segala cara untuk mendesak para pemimpin Israel agar sebisa mungkin tidak sembarangan dan berhati-hati dalam menjalankan operasi militernya. Namun dia mengingatkan bahwa Israel juga menghadapi musuh yang bersembunyi di belakang warga sipil.
Sementara itu, Yordania mengatakan pada hari Senin bahwa mereka membiarkan “semua pilihan” terbuka mengenai bagaimana menanggapi apa yang mereka sebut sebagai “kegagalan Israel untuk membedakan antara sasaran militer dan sipil dalam peningkatan pemboman dan invasi ke Jalur Gaza.”
Perdana Menteri Bisher al Khasawneh tidak merinci langkah apa yang akan diambil Yordania. Yordania telah menarik duta besarnya dari Israel sebagai protes atas serangan Israel di Gaza.
Yordania juga mengumumkan pekan lalu bahwa duta besar Israel, yang meninggalkan Amman tidak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan kembali, yang secara efektif dinyatakan sebagai persona non grata.
“Semua opsi tersedia bagi Yordania dalam menghadapi agresi Israel di Gaza dan dampaknya,” Khasawneh, yang negaranya menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994, mengatakan kepada media pemerintah.
Khasawneh mengatakan pengepungan Israel di Gaza yang padat penduduknya bukanlah upaya membela diri seperti yang mereka katakan.
Israel membantah sengaja menarget warga Palestina yang tidak bersalah di Gaza, dan menyatakan bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah sakit dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para pejuangnya. [lt/rs]
Forum