Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis (4/2) mengecam konfrontasi “ekstremisme politik” yang mengilhami kerusuhan di gedung Capitol dan menyerukan kekuatan kolektif selama masa-masa sulit seperti sekarang dalam sambutannya pada acara "Sarapan Doa Nasional," sebuah tradisi sarapan dan doa tahunan di Washington yang meminta para aktivis politik untuk mengesampingkan perbedaan mereka.
Acara sarapan itu telah memicu kontroversi pada masa lalu, terutama tahun lalu, ketika Presiden Donald Trump menggunakannya untuk mengecam lawan-lawan politiknya dan mempertanyakan keyakinan mereka. Sebagian kalangan liberal memandang acara itu dengan hati-hati karena kelompok berbasis agama konservatif berada di belakangnya.
Biden berkampanye untuk menjadi presiden yang dapat mempersatukan seluruh warga Amerika, dan acara sarapan itu memberikan kesempatan kepada presiden kedua Amerika yang beragama Katolik itu untuk berbicara tentang visinya mengenai iman sebagai kekuatan demi kebaikan. Senator Demokrat Chris Coons dari Delaware mengatakan acara itu “inklusif dan positif” yang “mengakui ajaran Yesus tetapi tidak terbatas pada agama Kristen.”
Pesan Biden pada hari Kamis menandai seruan terbarunya untuk mengembalikan Washington ke pijakan yang lebih tradisional setelah empat tahun gaya agresif Trump.
Setiap presiden telah menghadiri acara doa sambil sarapan itu sejak Dwight D. Eisenhower muncul pertama kali pada tahun 1953. Acara tersebut menjadi sepenuhnya virtual tahun ini karena pandemi virus corona. Biden dan semua pembicara lainnya muncul melalui rekaman pidato.
Senator Republik dari South Carolina Tim Scott, salah seorang ketua untuk acara sarapan tahun ini, mengatakan pertemuan rutin berbasis agama di Capitol Hill yang menarik senator dari kedua sisi pandangan ideologis itu sebagai model untuk acara tersebut. “Kami tidak sependapat secara filosofis, politis, tetapi kami saling berpelukan sebagai saudara seiman,” kata Scott, yang juga memberikan sambutan secara virtual untuk acara itu. [lt/ka]