Lima poin konsensus yang dihasilkan dalam pertemuan para pemimpin ASEAN di Jakarta pada April 2021, yang juga dihadiri oleh pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing, hingga saat ini belum kunjung terlaksana. Junta Myanmar masih menolak menaati kelima poin tersebut sebagai upaya ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari krisis politik sejak kudeta militer terjadi pada 1 Februari 2021.
Kelima poin konsensus itu di antaranya adalah penghentian semua bentuk kekerasan di Myanmar dan upaya semua pihak dalam menahan diri sepenuhnya. Selain itu juga segera dimulainya dialog konstruktif di antara semua pihak terkait untuk mencari solusi damai bagi kepentingan rakyat, fasilitasi mediasi proses dialog utusan khusus Ketua ASEAN dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN. Kemudian ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre (The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management) dan utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers secara virtual dari Ibu Kota Seoul, Korea Selatan, Jumat (31/3), menjelaskan isu Myanmar ikut dibahas dalam pertemuan Komisi Bersama Indonesia-Korea Selatan, terutama dengan Menteri Luar Negeri Park Jin.
"Saya sampaikan pendekatan dan langkah-langkah yang dilakukan Indonesia sebagai Ketua ASEAN untuk membantu mengatasi krisis politik di Myanmar melalui impelementasi lima poin konsensus. Saya kembali meminta Korea sebagai mitra ASEAN untuk mendukung implementasi lima poin konsensus," kata Retno.
Pengamat ASEAN dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Pandu Prayoga mengatakan untuk menyelesaikan konflik di Negeri Seribu Pagoda itu, tidak ada salahnya jika ASEAN meminta dukungan dari semua pihak, termasuk kepada Korea Selatan.
Myanmar, tambah Pandu, adalah batu ujian bagi Keketuaan ASEAN. Dalam jangka pendek, lanjut Pandu, Indonesia sedianya fokus pada dua poin dari lima poin yang ada, yaitu menghentikan kekerasan dan mengirim bantuan kemanusiaan buat rakyat Myanmar. Lainnya dapat menyusul. Hal ini dianggap penting, karena menurut Pandu, jika ASEAN tidak mampu menyelesaikan persoalan di Myanmar, maka badan ini dinilai belum mengimplementasikan nilai-nilai yang sudah disepakati bersama seperti demokrasi, HAM.
“Yang ketiga, di mata mitra dialog ataupun negara-negara sahabatnya ASEAN melihat ASEAN masih belum capable untuk menyelesaikan persoalan internalnya. Bagaimana kemudian ASEAN menjadi peace builder, menjadi honest broker di antara negara-negara besar. Itu masih menjadi pertanyaan lanjutan. Yang menjadi konsekuensinya paling besar adalah kredibilitas ASEAN,” ujar Pandu.
Forum ASEAN-Indo Pasifik
Selain membahas soal Myanmar, Retno dan Park Jin juga membahas mengenai posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun ini. Indonesia mengharapkan sokongan Korea Selatan pada Indonesia, dan mengundang Korea untuk berpartisipasi dalam Forum ASEAN-Indo Pasifik.
Korea Selatan dinilai memiliki peran penting dalam implementasi Pandangan ASEAN pada Indo Pasifik, untuk memastikan kawasan Indo Pasifik yang aman, damai, dan stabil. Keduanya juga membahas bagaimana membangun Indo Pasifik menjadi kawasan yang inklusif. [fw/em]
Forum