Para dokter dan ahli kesehatan masyarakat memberi tahu warga di Belahan Bumi Utara agar bersiap menghadapi yang terburuk dalam beberapa bulan mendatang, ketika virus corona dan virus flu, merebak pada saat yang sama. Ini menjadi hantaman sekaligus yang bisa menyebabkan lebih banyak kematian dan berpotensi membuat sistem layanan kesehatan kewalahan.
Para dokter mengatakan melakukan vaksinasi flu tahun ini lebih penting daripada sebelumnya. CDC merekomendasikan siapa pun yang berusia enam bulan atau lebih agar divaksinasi.
Dr. Susan Rehm spesialis penyakit menular di Cleveland Clinic mengatakan, “Kita mengantisipasi akan ada sebagian warga yang menderita COVID-19 dan influenza sekaligus, yang jelas sangat mengkhawatirkan dan meningkatkan risiko kematian karena salah satu atau kedua penyakit itu. Tentu kita ingin melakukan apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah influenza dan COVID. ”
Keduanya adalah virus terkait pernapasan dan keduanya berpotensi mematikan ketika musim flu tiba.
Lavanya Vasudevan, profesor kesehatan komunitas dan keluarga di Duke University, mengatakan, "Kita memasuki musim ini bagaikan tangan kita terikat di belakang .... dan kita juga berada pada situasi di mana kepercayaan akan vaksin terus terkikis."
CDC melaporkan penurunan tajam pada imunisasi rutin anak-anak. Para dokter mengatakan ada penurunan signifikan dalam kunjungan ke dokter karena pandemi. Tetapi mereka juga mengatakan tidak ada yang perlu ditakuti.
"Semua fasilitas kesehatan mengambil tindakan pencegahan ekstra untuk membuat lingkungan, aman bagi orang yang datang," tambah Susan Rehm.
Profesor Vasudevan mengatakan bahkan ketika tidak ada pandemi sekalipun, orang mencari alasan untuk tidak mendapat vaksinasi flu. "Vaksin flu tidak selalu efektif, jadi orang menggunakannya sebagai alasan untuk tidak memperoleh vaksin".
Profesor Thomas Denny adalah pimpinan Duke Human Vaccine Institute. "Dalam beberapa tahun terakhir, kita berada di kisaran yang sangat rendah 20%, dan tertinggi 60, 65%," ujarnya.
Para ahli mengatakan vaksin yang tidak sempurna sekalipun, bisa mengurangi parahnya infeksi. "Ada sejumlah mitos yang terkait dengan vaksin flu misalnya vaksin flu justru akan membuat orang terkena flu, yang mustahil terjadi, karena partikel virus dalam suntikan flu sudah mati, sehingga tidak bisa berkembang biak dan membuat orang terinfeksi," tambah Vasudevan.
Data CDC menunjukkan selama musim flu sebelumnya, 80% anak yang meninggal akibat influenza, tidak divaksinasi. Penelitian Duke University menunjukkan hanya sepertiga orang dewasa Amerika yang mendapat vaksin flu pada 2018.
Yang paling berisiko dirawat di rumah sakit atau meninggal akibat infeksi flu, adalah anak kecil, perempuan hamil, lansia, dan orang yang punya riwayat penyakit sebelumnya. Warga Amerika keturunan Afrika-Amerika dan minoritas lainnya juga beresiko terinfeksi flu.
Vasudevan mengatakan, "Saya sangat khawatir komunitas yang paling parah terkena COVID juga sangat terimbas flu, dan kita tahu tingkat vaksinasi lebih rendah di komunitas ini."
Menurut Vasudevan, para profesional kesehatan masyarakat perlu bekerja sama dengan para pemimpin masyarakat untuk menyebarkan luaskan informasi bahwa vaksin flu bisa menyelamatkan nyawa, mudah diakses dan tersedia secara gratis. [my/lt]