Ambruknya jembatan di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur beberapa waktu yang lalu, menimbulkan keprihatinan dan kekhawatiran kalangan akademisi serta masyarakat yang biasa melakuan perjalanan melewati jembatan.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa Timur menyebutkan ada beberapa Jembatan yang termasuk kategori rawan ambruk, sehingga perlu diwaspadai dan dilakukan pemantauan secara serius.
Beberapa jembatan di Jawa Timur yang tergolong rawan, di antaranya jembatan Sembayat di Kecamatan Bungah di Kabupaten Gresik, jembatan Semampir di Kota Kediri, jembatan Kali Brantas di Nganjuk, jembatan Tol Tarik, Gajahmada, dan Lespadangan di Mojokerto, jembatan Wringinanom di Probolinggo, serta jembatan nasional Suramadu.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, pihaknya telah meminta Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga untuk melakukan pemeriksaan terhadap jembatan, baik jembatan bentang pendek maupun bentang panjang seperti Suramadu.
“Nanti saya tanyakan kepada PU, saya kan tidak bisa menjawab teknisnya. Pokoknya ini menjadi bagian untuk ngecek. Seperti di Lamongan ini, kemarin jebol satu, tapi ini menjadi pekerjaan kita untuk mengevaluasi. Saya kemarin ada pak Menteri telepon ya, pak titip Suramadu pak, begitu. Tapi secara teknis itu akan dikontrol,” ujar Soekarwo.
Masyarakat pengguna jalan termasuk yang melintasi jembatan mengaku khawatir dengan kondisi jembatan yang rawan ambruk, termasuk kondisi jembatan yang dirusak oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Trisnawanto, warga Surabaya, meminta pemerintah lebih serius dalam melakukan perawatan jembatan, agar jembatan dapat bertahan lama dan tidak mencelakai masyarakat pengguna jalan.
“Sejak kejadian ambruknya jembatan Mahakam di Kutai Kartanegara itu, kita sebagai pengguna jalan raya ini, apalagi selalu melewati jembatan ya khawatir. Yang terbaru ini kayak jembatan Suramadu, kemarin-kemarin yang baru selesai dibangun aja, bautnya sudah ada yang dipreteli, kabarnya kan gitu sama tangan-tangan jahil. Nah ini kalau bisa saya berharap kepada pemerintah ini tolong perhatikan itu loh, setiap jembatan yang ada di kota-kota yang di Jawa Timur. Yang sudah tua ya tolong diperbaiki, tolong di maintenance, dirawat gitu kan, biar selamat lah masyarakat ini melewati jembatan-jembatan,” harap Trisnawanto.
Kelalaian dan kurangnya kedisiplinan perawatan jembatan, dinilai kalangan akademisi di bidang konstruksi merupakan penyebab utama mudah rusaknya sebuah bangunan termasuk jembatan.
Pakar konstruksi dan jembatan dari Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Profesor Priyo Suprobo mengutarakan, pemeliharaan jembatan harus mengikuti prosedur dengan benar serta kedisiplinan dalam mengawasi dan melakukan perawatan, agar jembatan dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama.
“Kalau memang dianjurkan (perawatannya) tiap tahun, ya tiap tahun. Yang harus dipelihara apanya: expansion joint, bearing pads, kemudian pangkal jembatan, plat injak, itu harus dipelihara dengan baik. Kemudian diukur defleksinya, diukur intrusi kloraid-nya terstruktur. Terutama untuk jembatan-jembatan bentang panjang, yang merupakan jembatan monumental. Harus dipasang peralatan yang dinamakan structural health monitoring system, sehingga setiap waktu bisa kita monitor kondisi jembatan,” demikian penjelasan Priyo Suprobo.