Nama Dogiyai barangkali terdengar asing di telinga banyak warga Indonesia, apalagi warga negara asing, termasuk Amerika. Namun, asal tahu saja, itu nama sebuah kabupaten di Provinsi Papua yang terkenal dengan produksi kopinya. Be Lift, sebuah kelompok kecil pemuda asal Indonesia di San Francisco yang gencar memperkenalkan produk-produk kopi Indonesia di Amerika, berusaha mengubah fakta itu.
Dogiyai, yang terletak pada ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut, memiliki tanah yang subur, dan cocok untuk perkebunan kopi. Penduduknya, yang umumnya suku Mee, mampu menghasilkan kopi berkualitas tanpa bantuan pupuk atau bahan kimia lain. Sayangnya, karena begitu terpencilnya, dan terbatasnya akses transportasi ke kabupaten ini, nama Dogiyai, dan kopinya, sangat jarang terdengar atau bahkan nyaris tidak terdengar.
Be Lift, sebuah kelompok kecil pemuda asal Indonesia di San Francisco yang gencar memperkenalkan produk-produk kopi Indonesia di Amerika, terdorong untuk mengubah fakta itu. Mereka membuat proyek yang diberi nama Belift Dogiyai Project, yang pada intinya gerakan sosial untuk mempopulerkan kopi Dogiay.
Ivan Hartanto, salah seorang pendiri Be Lift mengatakan, โProyek ini untuk memperkenalkan kopi Dogiyai pertama di Indonesia dan lalu nanti di Amerika. Spesial untuk proyek ini, kami tidak memetik keuntungan. Artinya laba yang kami peroleh sepenuhnya akan dialokasikan ke para petani Dogiyai untuk membeli peralatan proses pasca panen yang dapat meningkatkan kualitas kopi sehingga produk mereka bisa lebih bersaing.โ
Menurut Ivan, proyek ini membantu menjual sekitar 500 kilogram biji kopi hijau Dogiayi dari sisa hasil panen tahun 2020 yang tidak atau belum terjual karena pandemi virus corona. Be Lift akan menyumbangkan seluruh keuntungannya (sekitar Rp 75 juta) ke para petani Dogiyai.
Hanok Herison Pigai, Direktur Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA), lembaga yang mengelola dan memberdayakan para petani kopi Dogiyai, menyambut uluran tangan Be Lift.
โSesuatu yang tidak pernah kami bayangkan, tapi kami pernah mimpi. Artinya kopi ini, harus diperkenalkan ke orang-orang di luar Indonesia. Semua ini berlangsung cepat dan tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Ini semangat yang diwujudkan Ivan dan timnya,โ jelasnya.
Dana yang diperoleh dari proyek itu, menurut Hanok akan digunakan untuk membeli alat pengolahan pasca panen, terutama meja pengeringan dan gudang hasil panen kopi, serta meningkatkan pengetahuan petani Dogiyai dalam pengolahan hasil panen.
Ia menceritakan, apa yang dilakukan Be Lift ikut meringankan beban petani kopi yang terimbas pandemi tahun ini. Menurut Hanok, karena ditutupnya pelabuhan dan bandara, kini tersisa 2 ton biji kopi Dogiyai atau lebih dari 50 persen dari hasil panel tahunan.
Ada berbagai upaya yang dilakukan Be Lift untuk mempopulerkan kopi Dogiyai. Tim operasionalnya di Indonesia, contohnya, membuat akun di media sosial yang didedikasikan khusus untuk memperkenalkan kopi Dogiyai dan para petaninya. Pada akun tersebut, mereka menghadirkan karakter Meekabo yang gemar menceritakan adat dan budaya Papua, khususnya Dogiyai, dan membujuk orang-orang untuk mencicipi kopi Dogiyai.
Jenny Octivana adalah salah satu penggemar kopi Dogiyai. โSuka banget dengan rasa coklat dan kacangnya, Benar-benar terasa. Memang di bungkusnya disebutkan ada rasa tomat, namun itu sama sekali tidak terasa dan malah memberikan balance atau keseimbangan di rasa kopi tersebut.โ
Ambisi Be Lift dan petani Dogiyai tidak hanya itu. Mereka berencana memperkenalkan kopi mereka di Amerika Serikat. Target pertama mereka adalah mengikuti Specialty Coffee Expo 2021 yang akan berlangsung di New Orleans. Bagi Be Lift, ini bukan pengalaman pertama. Kelompok yang dibentuk sejak 2019 ini sebelumnya pernah bekerja sama dengan 10 kelompok petani kopi lainnya di berbagai daerah di Indonesia. [ab/uh]