Kesepian merupakan masalah yang telah lama ada. Menurut pakar, dampak perasaan kesepian, keterpencilan, terhadap penderitanya sama berbahayanya seperti merokok dan obesitas. Sejumlah institusi di AS dan Inggris mencoba sejumlah cara untuk mengatasinya.
Sebelum pandemi COVID-19, 61 persen orang dewasa yang disurvei di AS menyatakan mereka kesepian.
Diana Green, pensiunan dan penyintas kanker di Chicago, menghabiskan waktu yang tak terhitung lagi lamanya dalam setahun ini. “Saya rindu untuk ngobrol, memeluk, mencium. Saya merindukan itu,” komentarnya.
Ia mengatakan pandemi, kematian George Floyd, lelaki kulit hitam yang ditembak mati polisi kulit putih di Minneapolis dan kerusuhan sipil menyebabkan ia seperti kehilangan harapan. Ia kemudian menerima telepon dari Janine Blezien, perawat dan sukarelawan untuk program “penelepon ramah” di Rush University Medical Center di Chicago.
Pasangan ini kemudian menjalin persahabatan yang bertahan hingga sekarang. Hampir setahun setelah percakapan pertama mereka di telepon, mereka akhirnya bertemu langsung untuk pertama kalinya pada bulan Maret, setelah keduanya mendapat vaksinasi COVID-19.
“Dan saya katakan, kamu tahu, kamu menelepon saya pada waktu saya ingin berbicara dengan seseorang,” jelas Green.
Green dan Blezien berencana untuk pergi makan malam dan berbelanja bersama, ketika keduanya merasa hal tersebut telah aman untuk dilakukan.
Blezien sendiri mengemukakan, “Saya pikir Dianne membantu saya sebanyak saya membantunya. Jadi saya pikir kami memiliki hubungan yang sangat resiprokal. Jadi saya memujinya untuk itu, karena mencegah saya merasa terpencil juga.”
Para penyedia layanan kesehatan menyatakan hubungan kedua orang itu merupakan contoh mengenai apa yang dapat dilakukan untuk membantu mengobati kesepian. Sebagian mulai menulis resep yang merekomendasikan cara-cara agar orang-orang dapat saling terhubung.
Inggris mengangkat Diana Barran sebagai Menteri urusan Kesepian pertamanya pada tahun 2018.
“Angkat tangan Anda kalau Anda tidak pernah mengalami hari yang buruk dalam setahun terakhir. Kita semua pernah, dan kalau kita tidak khawatir mengenai kesepian kita sendiri, kita pasti khawatir akan orang lain yang kita sayangi,” jelasnya.
Inggris telah memimpin dalam isu ini dan mengurangi stigma mengenai kesepian. Di antaranya, orang-orang muda di Inggris menggunakan kampanye “kaos kaki kuning” untuk menarik perhatian pada kesepian tersembunyi di tengah kelompok usia mereka.
Seorang pelajar berusia 16 tahun, Claire Muhlawako Madzura, mengatakan, “Setiap saya mengenakan kaos kaki kuning sekarang ini, saya mengenakannya dengan bangga karena saya tahu ini bukan hanya mewakili saya sendiri. Saya mewakili sekelompok besar orang-orang yang mengalami perasaan kesepian.”
Para pejabat kesehatan di Amerika Serikat menyatakan inilah saatnya menangani isu lama mengenai isolasi, keterpencilan, yang berdampak sama merusaknya seperti merokok dan obesitas.
Green mengatakan ia kini tertarik menjadi seorang “penelepon ramah” untuk membantu orang lain seperti dirinya. [uh/ab]