WASHINGTON,DC —
Upaya global yang ambisius dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), akan berakhir dalam dua tahun. Program ini dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan mendorong pendidikan, kesehatan dan persamaan gender.
Bank Dunia mengatakan bahwa banyak negara yang menghasilkan paling banyak kemajuan memiliki faktor penting yang mendukung upaya mereka, yaitu urbanisasi. Kesimpulan itu merupakan bagian dari laporan terbaru lembaga itu, Global Monitoring Report 2013.
Laporan ini menyatakan bahwa negara-negara dan wilayah-wilayah dengan tingkat urbanisasi yang tinggi memimpin upaya untuk mencapai MDG mereka. Contohnya adalah negara-negara dengan populasi besar di Asia Timur, seperti China, yang telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi kemiskinan.
Ketinggalan di belakang adalah Afrika sub-Sahara, dengan 70 persen populasi masih tinggal di daerah pedesaan.
Angka-angka berikut mencerminkan kesenjangan antara kota dan desa. Bank Dunia mengatakan tingkat kematian anak-anak di perkotaan sampai 9 persen lebih rendah dibandingkan di daerah pedesaan di Asia Tengah dan Amerika Latin. Sebagai perbandingan, perbedaannya sampai 21 persen di Afrika sub-Sahara.
Jos Verbeek, ekonom utama untuk Global Monitoring Report 2013, mengatakan ada banyak alasan mengapa daerah perkotaan lebih cepat membuat kemajuan sosial.
"Kota-kota merupakan pusat aktivitas ekonomi, pertumbuhan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Hasilnya, kemiskinan secara signifikan lebih rendah di pusat-pusat kota dibandingkan di daerah pedesaan," ujarnya.
Sebagai contoh, ia mengatakan, tingkat kemiskinan di daerah pedesaan secara global mencapai 29,5 persen, sementara di daerah perkotaan hanya 11,5 persen. Di Afrika, kemiskinan di pedesaan mencapai 47 persen, dibandingkan dengan 33 persen di wilayah perkotaan.
Ia mengatakan daerah perkotaan juga memiliki pelayanan yang lebih baik, seperti akses terhadap sanitasi (seperti toilet) yang mencapai 80 persen, dibandingkan dengan 50 persen di daerah pedesaan. Di Afrika, sekitar 40 persen dari populasi di daerah perkotaan memiliki akses ke toilet, sementara di daerah pedesaan hanya setengah dari angka itu.
Verbeek mengatakan kota-kota juga mendapat keuntungan dari kepadatan penduduk yang lebih besar, atau produksi dan ekspansi ekonomi, yang membuatnya lebih mudah mengembangkan layanan sosial seperti kesehatan, pendidikan, listrik dan air.
Sebagai contoh, ujarnya, lebih murah memperpanjang pipa untuk air dan sanitasi dari jaringan perkotaan ke perumahan di dalam kota dibandingkan dengan membangun puluhan atau ratusan kilometer pipa ke daerah pedesaan.
Meski urbanisasi dapat memfasilitasi kemajuan ekonomi dan sosial secara besar, Verbeek memperingatkan bahwa pertumbuhan kota yang tidak terkontrol dapat menghasilkan daerah kumuh. Ia mengatakan pemerintah harus menggunakan perencanaan tata kota, termasuk kebijakan yang meningkatkan transparansi pembelian dan penjualan lahan.
"Jika Anda tidak terdaftar secara benar sebagai warga daerah perkotaan, Anda seringkali tidak memiliki akses terhadap layanan pemerintah. Anda bisa ditolak di klinik kesehatan publik di daerah perkotaan karena Anda tidak dapat membuktikan bahwa Anda warga, dan hal itu merupakan masalah besar untuk banyak orang yang berakhir di daerah kumuh," ujarnya.
"Selain itu, ada ketidakpastian mengenai tempat tinggal. Jika ada ketidakpastian (mengenai kepemilikan lahan), penyedia layanan publik tidak akan datang dan memasang pipa di daerah kumuh karena tidak ada yang tahu apakah daerah itu masih ada setahun yang akan datang atau tidak. Pemerintah dapat (memutuskan) untuk menggusurnya, yang terjadi di beberapa negara."
Baik di daerah kota dan desa, sebuah faktor besar dalam memperbaiki layanan kesehatan dan sosial adalah pembiayaan. Para pejabat Bank Dunia mendorong negara-negara penghasil minyak dan mineral untuk menggunakan pendapatannya dari sumber-sumber daya tersebut untuk mendanai sistem kesehatan dan pendidikan.
Pada pertemuan-pertemuan Bank Dunia dan IMF baru-baru ini, para pembuat kebijakan di Afrika membahas cara terbaik untuk mendanai layanan-layanan sosial. Beberapa memilih dukungan negara yang lebih besar untuk mendanai sistem-sistem pendidikan dan kesehatan, sementara yang lainnya lebih menyukai kombinasi pendanaan publik dan swasta.
"Kami memiliki sumber daya minyak yang terbatas. Kami bukan Nigeria, atau Venezuela dan jelas bukan Arab Saudi. Jadi minyak kita akan habis dalam beberapa waktu. Lalu apa?" ujar Menteri Keuangan Uganda, Maria Kiwanuka.
"Kita harus menjamin investasi yang berkelanjutan dan meningkat supaya dapat menambah jumlah anggaran kesehatan dan pendidikan. Anggaran kesehatan telah meningkat setiap tahun. Jika kita menggunakan pendapatan dari minyak untuk imunisasi kesehatan, pengobatan dan gaji, bagaimana dengan tahun-tahun mendatang?"
Kiwanuka mengatakan bahwa pemerintah Uganda menghabiskan sampai 10 persen dari anggarannya untuk kesehhatan dan 15 persen untuk pendidikan. Ia mengatakan pemerintah lebih menyukai menggunakan pendapatan dari minyak untuk memperbaiki irigasi, listrik dan infrastruktur lain di daerah pedesaan. Ia mengatakan akan memberi kesempatan pada masyarakat pedesaan untuk menghasilkan lebih banyak uang dan berkontribusi pada sistem perawatan kesehatan.
Ia mengatakan ada yang harus diubah.
"Untuk kesehatan, dibandingkan dengan penekanan pada akses cepat terhadap pelayanan kesehatan, misalnya saja klinik kesehatan 15 menit dari setiap perumahan, bagaimana jika Anda berjalan lebih lama, tapi klinik tersebut memiliki pasokan obat dan petugas yang cukup? Daripada ada klinik dekat rumah tapi tidak ada persediaan obat."
Kiwanuka mengatakan orang-orang bersedia membayar dukun dan pembuat ramuan herbal karena mereka mempercayai orang-orang itu. Ia mengatakan jika ada kepercayaan terhadap sistem perawatan kesehatan, mereka seharusnya mau membayar untuk layanan tersebut.
Jos Verbeek mengatakan ada banyak cara yang berbeda untuk mendanai layanan kesehatan dan sosial dan menghambat kemiskinan. Yang penting, ujarnya, sumber-sumber daya itu tersedia, baik langsung maupun tidak langsung, untuk memperbaiki kesehatan dan pendidikan di pedesaan. Ia mengatakan hal itu akan meningkatkan keterampilan bekerja dan transisi yang lebih mudah saat memutuskan pindah ke kota. (VOA/William Eagle)
Bank Dunia mengatakan bahwa banyak negara yang menghasilkan paling banyak kemajuan memiliki faktor penting yang mendukung upaya mereka, yaitu urbanisasi. Kesimpulan itu merupakan bagian dari laporan terbaru lembaga itu, Global Monitoring Report 2013.
Laporan ini menyatakan bahwa negara-negara dan wilayah-wilayah dengan tingkat urbanisasi yang tinggi memimpin upaya untuk mencapai MDG mereka. Contohnya adalah negara-negara dengan populasi besar di Asia Timur, seperti China, yang telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi kemiskinan.
Ketinggalan di belakang adalah Afrika sub-Sahara, dengan 70 persen populasi masih tinggal di daerah pedesaan.
Angka-angka berikut mencerminkan kesenjangan antara kota dan desa. Bank Dunia mengatakan tingkat kematian anak-anak di perkotaan sampai 9 persen lebih rendah dibandingkan di daerah pedesaan di Asia Tengah dan Amerika Latin. Sebagai perbandingan, perbedaannya sampai 21 persen di Afrika sub-Sahara.
Jos Verbeek, ekonom utama untuk Global Monitoring Report 2013, mengatakan ada banyak alasan mengapa daerah perkotaan lebih cepat membuat kemajuan sosial.
"Kota-kota merupakan pusat aktivitas ekonomi, pertumbuhan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Hasilnya, kemiskinan secara signifikan lebih rendah di pusat-pusat kota dibandingkan di daerah pedesaan," ujarnya.
Sebagai contoh, ia mengatakan, tingkat kemiskinan di daerah pedesaan secara global mencapai 29,5 persen, sementara di daerah perkotaan hanya 11,5 persen. Di Afrika, kemiskinan di pedesaan mencapai 47 persen, dibandingkan dengan 33 persen di wilayah perkotaan.
Ia mengatakan daerah perkotaan juga memiliki pelayanan yang lebih baik, seperti akses terhadap sanitasi (seperti toilet) yang mencapai 80 persen, dibandingkan dengan 50 persen di daerah pedesaan. Di Afrika, sekitar 40 persen dari populasi di daerah perkotaan memiliki akses ke toilet, sementara di daerah pedesaan hanya setengah dari angka itu.
Verbeek mengatakan kota-kota juga mendapat keuntungan dari kepadatan penduduk yang lebih besar, atau produksi dan ekspansi ekonomi, yang membuatnya lebih mudah mengembangkan layanan sosial seperti kesehatan, pendidikan, listrik dan air.
Sebagai contoh, ujarnya, lebih murah memperpanjang pipa untuk air dan sanitasi dari jaringan perkotaan ke perumahan di dalam kota dibandingkan dengan membangun puluhan atau ratusan kilometer pipa ke daerah pedesaan.
Meski urbanisasi dapat memfasilitasi kemajuan ekonomi dan sosial secara besar, Verbeek memperingatkan bahwa pertumbuhan kota yang tidak terkontrol dapat menghasilkan daerah kumuh. Ia mengatakan pemerintah harus menggunakan perencanaan tata kota, termasuk kebijakan yang meningkatkan transparansi pembelian dan penjualan lahan.
"Jika Anda tidak terdaftar secara benar sebagai warga daerah perkotaan, Anda seringkali tidak memiliki akses terhadap layanan pemerintah. Anda bisa ditolak di klinik kesehatan publik di daerah perkotaan karena Anda tidak dapat membuktikan bahwa Anda warga, dan hal itu merupakan masalah besar untuk banyak orang yang berakhir di daerah kumuh," ujarnya.
"Selain itu, ada ketidakpastian mengenai tempat tinggal. Jika ada ketidakpastian (mengenai kepemilikan lahan), penyedia layanan publik tidak akan datang dan memasang pipa di daerah kumuh karena tidak ada yang tahu apakah daerah itu masih ada setahun yang akan datang atau tidak. Pemerintah dapat (memutuskan) untuk menggusurnya, yang terjadi di beberapa negara."
Baik di daerah kota dan desa, sebuah faktor besar dalam memperbaiki layanan kesehatan dan sosial adalah pembiayaan. Para pejabat Bank Dunia mendorong negara-negara penghasil minyak dan mineral untuk menggunakan pendapatannya dari sumber-sumber daya tersebut untuk mendanai sistem kesehatan dan pendidikan.
Pada pertemuan-pertemuan Bank Dunia dan IMF baru-baru ini, para pembuat kebijakan di Afrika membahas cara terbaik untuk mendanai layanan-layanan sosial. Beberapa memilih dukungan negara yang lebih besar untuk mendanai sistem-sistem pendidikan dan kesehatan, sementara yang lainnya lebih menyukai kombinasi pendanaan publik dan swasta.
"Kami memiliki sumber daya minyak yang terbatas. Kami bukan Nigeria, atau Venezuela dan jelas bukan Arab Saudi. Jadi minyak kita akan habis dalam beberapa waktu. Lalu apa?" ujar Menteri Keuangan Uganda, Maria Kiwanuka.
"Kita harus menjamin investasi yang berkelanjutan dan meningkat supaya dapat menambah jumlah anggaran kesehatan dan pendidikan. Anggaran kesehatan telah meningkat setiap tahun. Jika kita menggunakan pendapatan dari minyak untuk imunisasi kesehatan, pengobatan dan gaji, bagaimana dengan tahun-tahun mendatang?"
Kiwanuka mengatakan bahwa pemerintah Uganda menghabiskan sampai 10 persen dari anggarannya untuk kesehhatan dan 15 persen untuk pendidikan. Ia mengatakan pemerintah lebih menyukai menggunakan pendapatan dari minyak untuk memperbaiki irigasi, listrik dan infrastruktur lain di daerah pedesaan. Ia mengatakan akan memberi kesempatan pada masyarakat pedesaan untuk menghasilkan lebih banyak uang dan berkontribusi pada sistem perawatan kesehatan.
Ia mengatakan ada yang harus diubah.
"Untuk kesehatan, dibandingkan dengan penekanan pada akses cepat terhadap pelayanan kesehatan, misalnya saja klinik kesehatan 15 menit dari setiap perumahan, bagaimana jika Anda berjalan lebih lama, tapi klinik tersebut memiliki pasokan obat dan petugas yang cukup? Daripada ada klinik dekat rumah tapi tidak ada persediaan obat."
Kiwanuka mengatakan orang-orang bersedia membayar dukun dan pembuat ramuan herbal karena mereka mempercayai orang-orang itu. Ia mengatakan jika ada kepercayaan terhadap sistem perawatan kesehatan, mereka seharusnya mau membayar untuk layanan tersebut.
Jos Verbeek mengatakan ada banyak cara yang berbeda untuk mendanai layanan kesehatan dan sosial dan menghambat kemiskinan. Yang penting, ujarnya, sumber-sumber daya itu tersedia, baik langsung maupun tidak langsung, untuk memperbaiki kesehatan dan pendidikan di pedesaan. Ia mengatakan hal itu akan meningkatkan keterampilan bekerja dan transisi yang lebih mudah saat memutuskan pindah ke kota. (VOA/William Eagle)