Bank Dunia, pada Selasa (7/6), mengatakan dunia sedang memasuki "periode pertumbuhan ekonomi yang lemah dan berlarut-larut, dan inflasi yang meningkat." Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan global sebesar 1,2 persen menjadi 2,9 persen untuk 2022. Pada Januari lalu, bank tersebut memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,1 persen.
Bank Dunia menambahkan bahwa banyak negara kemungkinan akan menghadapi resesi. Pandemi COVID-19, menurut bank itu, menjadi penyebab sebagian besar masalah yang timbul, seraya mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina juga memiliki peran dalam menyebabkan kesulitan ekonomi tersebut.
Dalam kata pengantar pada laporan itu, Presiden Bank Dunia David Malpass menulis, "Bahaya stagflasi kini cukup besar. Pertumbuhan yang rendah kemungkinan akan bertahan dalam dekade ini karena investasi yang lemah di sebagian besar bagian dunia. Dengan inflasi di banyak negara kini pada level tertinggi dalam puluhan tahun dan pasokan diperkirakan tumbuh lambat, ada risiko bahwa inflasi akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama."
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global pada 2023 dan 2024 akan berkisar pada 3 persen, dengan inflasi tetap tinggi di banyak negara. Pertumbuhan di Amerika Serikat, menurut bank dunia, hanya akan mencapai 2,5 persen pada tahun ini, turun dari 5,7 persen tahun lalu.
Pertumbuhan ekonomi Eropa, diprediksi bank dunia, juga akan turun menjadi 2,5 persen dari 5,4 persen yang tercatat pada tahun lalu. Sedangkan ekonomi China diperkirakan tumbuh sebesar 4,3 persen pada tahun ini, turun dari 8,1 persen pada tahun lalu. Bank itu menuding lockdown yang diterapkan sebagai langkah tegas dalam membatasi penyebaran COVID-19 telah memperlambat pertumbuhan ekonomi negara itu. [ka/em]