Berawal dari hobi, Murwati Dwaileebee tergerak menjadikan kerajinan dompet dan tasnya sebagai bisnis dengan nama “Banana Cottage.”
“Karena saya lahir dan dibesarkan di Indonesia, begitu. Kalau cottage itu kan melambangkan rumah pedesaan, kan. Terus banana jadi simbol tropical, begitu. Jadi, refleksi dari background saya dan apa yang saya kreasikan,” kata Murwati.
Murwati atau Ati awalnya gemar membuat dompet untuk teman-temannya. Kini, ia merintis karir sebagai desainer dan seniman tekstil untuk “Banana Cottage” di Petaluma, California sejak 2007.
Kebanyakan penjualan produk “Banana Cottage” yang dijual antara 25 hingga 55 dolar, diperoleh melalui pasar online. Ati juga menjangkau pasar dari luar Amerika, seperti Eropa dan Asia.
“Terus mengintip, ternyata ada pasar online juga. Soalnya saya kebanyakan jualnya online. Pas pertama dijual, yang online itu, seperti apa sih ya perasaannya. Sangat terkesan gitu. Wow, bisa jual ternyata,” ujar diaspora Indonesia yang telah 11 tahun menetap di Amerika ini.
Ati yang belajar mendesain secara otodidak menjual hingga 2.000 dompet dalam setahun yang kebanyakan dikerjakannya sendiri.
Bagi Ati, kunci keberhasilannya adalah melakukan pekerjaan yang dicintai, sehingga tidak mudah putus asa.
“Cukup terus berkreasi, terus mendesain, nanti desain yang baru muncul. Just keep doing it, begitu, jadi tidak stuck gitu. Jangan menunda-nunda. Kalau ada ide langsung kerjakan, jangan nunggu. Kalau nunggu nanti lupa,” kata Ati.
Kini dompet dan tas yang didesain and diproduksi Ati dapat diperoleh di toko-toko, seperti di “Modern Mouse” di Alameda, California.
“Pelanggan kami amat suka produk Banana Cottage. Menurut saya amat bagus, memberi nilai tambah bagi produk kami, dengan style dan warna yang bervariasi. Benar-benar membuatnya berbeda,” kata Eleen Hsu Agustin, pemilik “Modern Mouse.”
Berkat kerja keras Ati, kerjaninan tangannya juga dijual di luar negara bagian California.
“Yang jelas jangan malu-malu. Kalau mendatangi toko-toko begitu, datangi saja. Hal terburuk yang bisa terjadi mereka bilang tidak. Tapi, just do it. Kalau dari seribu pintu diketuk, setidaknya dapat seratus, kan. Jadi, jangan capek mengetok pintu,” kata Ati.