Delegasi pemimpin Taliban Afghanistan hari Minggu (22/9) melangsungkan pertemuan dengan pejabat-pejabat senior China untuk membahas perundingan damai dengan Amerika yang mengalami kebuntuan.
Lawatan kelompok pemberontak itu hanya berselang dua minggu setelah Presiden Amerika Donald Trump secara tiba-tiba membatalkan perundingan damai yang telah diusahakan pemerintahannya selama beberapa bulan ini, karena adanya serangan Taliban secara terus menerus di Afghanistan.
Amerika dan Taliban diyakini sudah hampir mencapai perjanjian damai guna mengakhiri perang di Afghanistan yang sudah berlangsung selama 18 tahun, sebelum Trump menyatakan bahwa proses perdamaian itu “mati.”
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan sembilan anggota delegasinya terbang ke Beijing, di bawah pimpinan Mullah Baradar, kepala kantor politik Taliban di Qatar, tuan rumah perundingan damai Amerika dan Taliban.
Belum ada pernyataan dari pejabat-pejabat China tentang pertemuan dengan delegasi Taliban itu.
Sebelum melawat ke China, Taliban telah mengirim perwakilan politik ke Rusia dan Iran untuk membahas perkembangan pasca pembatalan perundingan oleh Presiden Trump. Shaheen, yang merupakan bagian dari delegasi yang melawat ke Beijing, mengatakan Rusia dan Iran sama-sama mendukung upaya Taliban untuk mendorong perdamaian dan keamanan di Afghanistan.
Upaya kelompok pemberontak itu dilakukan sewaktu Afghanistan bersiap melangsungkan pemilu presiden keempat akhir minggu ini, di tengah tuduhan bahwa Presiden Ashraf Ghani – yang sedang bertarung agar terpilih kembali – menggunakan uang pemerintah untuk berkampanye. Tim Ghani telah menyangkal tuduhan itu.
Taliban mengancam akan melancarkan serangan terhadap kegiatan-kegiatan terkait pemilu guna mengganggu pemungutan suara tanggal 28 September mendatang. Seorang pembom bunuh diri menarget kampanye pemilu Ghani pekan lalu di propinsi Parwan, menewaskan sekitar 30 orang dan melukai banyak lainnya. (em/ii)