Badan sensor Pakistan telah melarang sebuah drama TV karena menghadirkan adegan yang menggambarkan kasus pemerkosaan beramai-ramai, dan mengatakan bahwa serial tersebut bisa "mencoreng" citra bangsa karena menggambarkan Pakistan sebagai "tempat yang tidak aman bagi perempuan".
Badan itu mengatakan drama televisi berjudul "Hadsa" ditarik dari penayangannya karena memiliki kemiripan dengan kasus nyata seorang perempuan Prancis keturunan Pakistan yang diperkosa di depan anak-anaknya yang masih kecil setelah mobilnya kehabisan bahan bakar di dekat Lahore, Pakistan timur.
“Penggambaran tindakan keji seperti itu tidak hanya akan memicu trauma korban yang malang itu tetapi juga akan mencoreng citra negara,” demikian bunyi perintah dari Otoritas Pengawas Media Elektronik Pakistan (PEMRA) yang dirilis pada Rabu (30/8) malam.
Kekerasan seksual merupakan hal yang mewabah di Pakistan yang sangat patriarkal, di mana perempuan sering diperlakukan sebagai warga negara kelas dua dan tingkat hukuman terhadap pemerkosaan dilaporkan hanya 0,3 persen.
Kasus pemerkosaan di jalan raya Lahore memicu protes nasional setelah polisi setempat justru menegur korban karena bepergian pada malam hari tanpa pendamping laki-laki.
Kepala polisi saat itu, Umar Sheikh, telah berulang kali mencaci-maki perempuan tersebut – warga negara Prancis - dengan mengatakan bahwa ia mungkin "mengira bahwa masyarakat Pakistan sama amannya" dengan negara asalnya.
Namun PEMRA pada Rabu menyatakan bahwa "Hadsa" -- yang mulai ditayangkan minggu lalu -- akan menyebabkan pemirsa luar negeri keliru "menganggap Pakistan sebagai tempat yang tidak aman bagi perempuan", dan menambahkan bahwa film tersebut tidak mencerminkan "gambaran sesungguhnya masyarakat Pakistan."
Episode empat dan lima "Hadsa" menunjukkan seorang perempuan dan putranya diculik dan diserang oleh geng ketika mobil mereka mogok, kemudian terungkap bahwa perempuan tersebut telah diperkosa.
Sebelum serial tersebut disensor, aktris Hadiqa Kiani, yang berperan sebagai perempuan tersebut, mengatakan bahwa serial tersebut tidak berdasarkan kejadian nyata.
“Sayangnya, tindakan pemerkosaan dan kekerasan yang mengerikan terlalu sering terjadi di masyarakat kita,” tulisnya di situs media sosial X.
"'Hadsa’ tidak didasarkan pada cerita seseorang, film itu didasarkan pada bagian umum dari realitas kita."
Setelah insiden Lahore, reaksi balik atas sikap menyalahkan korban dan tingkat hukuman yang buruk mendorong reformasi hukum, termasuk pembentukan pengadilan khusus dan kebiri kimia terhadap pelaku pemerkosaan berulang kali.
Dua pria dijatuhi hukuman mati pada tahun 2021 karena berpartisipasi dalam pemerkosaan itu, tetapi belum dieksekusi. [ab/uh]
Forum