Afghanistan sudah terjerumus dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia sebelum Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus. Sekarang organisasi bantuan berjuang untuk menangani ribuan orang yang baru terlantar, kebutuhan yang meningkat, dan lingkungan operasi yang tidak pasti.
“Jadi segala hal, saat ini terkait cara kerja UNICEF masih belum pasti,” kata Samantha Mort, kepala komunikasi di Kabul untuk Dana Anak-anak PBB (UNICEF).
UNICEF, seperti umumnya badan PBB lainnya telah berada di Afghanistan sejak tahun 1960-an dan tetap membantu penduduk, tetapi untuk sementara telah memindahkan beberapa staf internasionalnya ke luar negeri. Sebagian besar staf Afghanistan PBB saat ini telah diberitahu untuk bekerja dari rumah sementara kantor-kantor mereka berurusan dengan Taliban mencari tahu apakah dan bagaimana mereka akan terpengaruh.
“Kami belum mengadakan pertemuan di tingkat pusat dengan otoritas de facto yang baru,” kata Mort mengenai diskusi UNICEF dengan Taliban.
Ia menambahkan, “Kami melakukan dialog di tingkat regional dan lokal dengan lawan bicara lokal. Jadi kita belum memiliki sistem".
“Saya kira bagi banyak organisasi bantuan dan sesama badan bantuan penting untuk memiliki lingkungan yang aman dalam beroperasi,” kata Ram Kishan, wakil direktur regional Mercy Corps. “Kami ingin memiliki kejelasan tentang ruang akses kemanusiaan,” tambahnya.
Konflik, kekeringan dan COVID-19 telah menyebabkan hingga 20 juta orang separuhnya adalah anak-anak membutuhkan bantuan kemanusiaan di Afghanistan.
Taliban sebelumnya mengisyaratkan mereka ingin PBB tetap tinggal dan terus membantu rakyat. [my/jm]