Seorang lelaki di Iran yang menjadi pengkritik pemerintah Islamis, setelah anaknya tewas di tangan pasukan keamanan dalam aksi unjuk rasa antipemerintah November lalu, kini memasuki pekan kedua dalam tahanan pihak berwenang, yang menangkapnya kembali karena aktivismenya yang terus berlanjut.
Aparat keamanan Iran menangkap Manouchehr Bakhtiari pada 13 Juli di bandara di Pulau Kish, Iran, sewaktu ia dan istrinya Saeedeh Abbasi menyelesaikan kunjungan di bagian selatan negara itu dan bersiap-siap menaiki pesawat kembali ke rumah mereka di Teheran, kata sejumlah kerabat mereka yang berbicara kepada media yang berbasis di Barat. Mereka mengatakan Abbasi juga ditahan selama beberapa jam sebelum kemudian dibebaskan dan diizinkan terbang ke Teheran sendirian.
Berbicara kepada VOA dari Teheran pada hari Senin (20/7), saudara Manouchehr, Mehrdad mengatakan, penahanan Manouchehr telah memasuki pekan kedua.
Dalam video Instagram yang diposting pada 17 Juli, Mehrdad Bakhtiari mengatakan para petugas dari kementerian intelijen Iran memberitahu keluarga mereka bahwa Manouchehr telah dipindahkan dari Kish ke penjara di Bandar Abbas, kota di bagian selatan.
Ini adalah kedua kalinya pihak berwenang menangkap Manouchehr sejak ia mulai berbicara menentang pemerintah Iran karena membunuh putranya, Pouya, dan ratusan orang yang bergabung dalam protes di jalan-jalan pada November 2019. Demonstrasi itu dipicu oleh pengumuman para ulama yang berkuasa di Iran mengenai kenaikan 50 persen harga bensin subsidi, di tengah-tengah resesi ekonomi akibat kesalahan manajemen dan sanksi-sanksi ekonomi oleh AS. [uh/ab]