Tautan-tautan Akses

Australia Rilis Laporan soal Tingginya Tingkat Bunuh Diri Warga Aborigin


Warga Aborigin melakukan demonstrasi pada Peringatan "Hari Australia" 26 Januari 2019 lalu (foto: ilustrasi).
Warga Aborigin melakukan demonstrasi pada Peringatan "Hari Australia" 26 Januari 2019 lalu (foto: ilustrasi).

Trauma dan kemiskinan antar generasi diperkirakan menjadi penyebab serangkaian bunuh diri anak muda Aborigin di Australia Barat. Wilayah Kimberley memiliki salah satu tingkat bunuh diri tertinggi di dunia dan seorang ahli forensik menerbitkan laporannya mengenai puluhan lebih kematian, termasuk seorang anak perempuan berusia 10 tahun yang bunuh diri pada 2016.

Ahli forensik menyalahkan serangkaian bunuh diri di wilayah Kimberley Australia Barat pada "efek menghancurkan trauma antargenerasi". Ini merupakan dampak berkepanjangan bencana penjajahan Eropa, serta hilangnya tanah dan budaya suku. Lima dari korban yang diselidiki adalah anak-anak pribumi berusia antara 10 dan 13 tahun. Mereka sering tinggal di rumah-rumah yang keluarganya berantakan, terpapar penyalahgunaan alkohol dan kekerasan.

Sersan polisi Australia Barat, Neville Ripp berharap laporan forensik itu akan membantu pihak berwenang mengenali tanda-tanda bahaya.

"Merupakan peringatan bagi semua orang untuk melindungi anak-anak sementara polisi untuk mempelajari tanda-tanda peringatan ini," ujarnya.

Koroner itu telah membuat 42 rekomendasi, termasuk pembatasan penjualan alkohol dan pemeriksaan bayi dari fetal alcohol spectrum, yaitu kondisi yang dialami seseorang karena ibunya minum alkohol selama kehamilan. Minum selama kehamilan bisa menyebabkan masalah mental dan fisik seumur hidup, dan diduga menjadi faktor penyebab bunuh diri di Kimberley.

Ada beberapa laporan resmi mengenai kecenderungan membahayakan diri sendiri pada warga pribumi di Australia Barat dalam dua dekade terakhir, namun laporan itu tidak banyak membawa perubahan.

Warga Aborigin melakukan tarian tradisional di depan gedung parlemen di Canberra, Australia (foto: dok).
Warga Aborigin melakukan tarian tradisional di depan gedung parlemen di Canberra, Australia (foto: dok).

Rob McPhee dari Layanan Medis Aborigin Kimberley berharap masyarakat akan memiliki suara yang lebih besar mengenai bagaimana tragedi ini bisa dicegah.

"Saya kira koroner kali ini telah mengambil pendekatan yang lebih luas dalam hal melihat hal-hal seperti penentuan nasib sendiri dan pemberdayaan. Itu merupakan masalah yang sulit dipecahkan dan masalah yang diperjuangkan oleh pemerintah karena ini menyangkut penyerahan pengawasan dan kekuasaan kembali kepada masyarakat dan pemerintah benar-benar mengalami kesulitan besar melakukannya," kata McPhee.

Namun, para tokoh masyarakat meragukan laporan baru ini akan menyelamatkan jiwa.

Benedicta Pindan adalah seorang yang dituakan di kota Looma, dimana seorang anak perempuan usia sepuluh tahun melakukan bunuh diri.

"Hanya sekedar laporan, di mana seseorang mengatakan, saya sudah ke Looma untuk berbicara dengan mereka mengenai bunuh diri dan masalah-masalah kejiwaan. Itulah yang kami sebut, orang-orang yang sekedar mengukuhkan saja," ungkap Pindan.

Pemerintah Australia Barat mengatakan ini adalah "masalah rumit yang tidak akan selesai dalam semalam." Pemerintah bersikeras alkohol merusak komunitas Aborigin dan peraturan yang lebih keras sangat dibutuhkan segera.

Penduduk pribumi Australia jumlahnya sekitar 3 persen dari populasi. Mereka mengalami tingkat kemiskinan, kesehatan yang buruk, dan pemenjaraan yang tinggi. (my)

Recommended

XS
SM
MD
LG