Negara-negara berkembang menampung sebagian besar orang terlantar dan pengungsi di dunia.
Pada tahun 2020, Australia memberikan visa kemanusiaan kepada lebih dari 13.000 orang. Data resmi menunjukkan bahwa sekitar 5.000 lagi jatah visa tidak dikeluarkan karena pandemi.
Partai Buruh Australia, yang memenangkan pemilihan Mei lalu, mengatakan pihaknya berencana untuk “secara progresif meningkatkan” jumlah pengungsi ke Australia menjadi 27.000 per tahun.
Dewan Pengungsi Australia, sebuah organisasi advokasi, mengatakan Canberra “berada di posisi yang tepat untuk memberikan kontribusi yang lebih signifikan” bagi pemukiman para pengungsi.
Pengacara Danijel Malbasa, mantan pengungsi yang datang ke Australia untuk melarikan diri dari konflik di bekas Yugoslavia, mengatakan negara barunya bisa lebih akomodatif.
“Saya berpikir kita cukup murah hati untuk menjadi negara yang ramah. Lihat saja sejarah kita sendiri. Setelah Perang Dunia Kedua kita menerima 900.000 orang. Banyak dari kita memiliki akar pengungsi. Anda hanya perlu melihat latar belakang keluarga Anda sendiri. Pengungsi tidak masalah. Kami adalah sumber kekuatan,” komentarnya.
Australia memperingati Pekan Pengungsi dari 19 Juni hingga 25 Juni.
Para pelaku perjalanan telah mengingat kesulitan yang mereka alami di Australia selama lebih dari dua tahun pembatasan COVID-19, termasuk penutupan perbatasan internasional dan penguncian yang ketat.
Bully Camara adalah fasilitator ketenagakerjaan di Community Corporate, sebuah badan sosial yang membantu para pengungsi mencari pekerjaan.
Dia mengatakan banyak pengungsi kehilangan pekerjaan selama pandemi, sementara yang lain khawatir dengan militer yang memberlakukan perintah tinggal di rumah di Sydney dan Melbourne.
“Melihat seorang prajurit berarti harus menghindar atau melihat seorang prajurit mengingatkan mereka pada apa yang mereka hindari. Melihat seorang prajurit mengingatkan mereka akan trauma atau kesulitan yang mereka alami. Jadi, datang ke sini dan melihat melalui jendela dan melihat tentara berseragam atau polisi berseragam menimbulkan perasaan yang tidak nyaman bagi sebagian besar dari mereka,” jelasnya.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, mengatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan jumlah sumbangan yang mencapai rekor di Australia pada tahun lalu untuk permohonannya membantu pengungsi akibat perang dan kerusuhan di Afghanistan dan Ukraina.
Beberapa ribu warga Ukraina juga telah ditawari visa kemanusiaan sementara oleh Australia. Australia adalah salah satu negara dengan budaya paling beragam di dunia.
Para aktivis bersikeras bahwa pengungsi telah memainkan peran kunci dalam kisah sukses multikultural Australia. [lt/jm]