Australia meminta China untuk mengklarifikasi laporan di kantor berita pemerintah bahwa China telah melarang impor batubara Australia. Peningkatan perbedaan politik antara kedua mitra dagang tersebut bertepatan dengan serangkaian tarif pajak dan pembatasan yang diberlakukan Beijing atas ekspor produk pertanian Australia.
Larangan ekspor batu bara ke China akan merugikan Australia miliaran dolar dan semakin mengobarkan ketegangan antara kedua negara.
Surat kabar Global Times mengatakan sebuah kebijakan baru akan menghentikan perdagangan batu bara yang menguntungkan Australia ke China. Publikasi yang dianggap sebagai sanksi dari pemerintah China itu, melaporkan tindakan itu akan menstabilkan harga batu bara.
China secara tidak resmi melarang impor batu bara Australia sejak Oktober karena mutunya dianggap rendah, dan pejabat di Canberra berusaha keras memastikan keakuratan laporan Global Times tersebut. Tahun lalu, China membeli batu bara Australia senilai $ 10,5 miliar.
Belum ada pengumuman resmi dari Beijing mengenai larangan apa pun, tetapi Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham, meminta China mematuhi kewajiban perdagangannya.
“Kita melihat laporan ini dan jelas merasa sangat terganggu. Jika laporan itu benar, maka itu menunjukkan praktik perdagangan diskriminatif yang diterapkan oleh otoritas China dan kita akan mendesak China agar membantah laporan itu dan menunjukkan mereka akan beroperasi dengan cara-cara yang konsisten dengan prinsip pasar sesuai dengan komitmen mereka sebagai anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan perjanjian perdagangan bebas," kata Birmingham.
China sejauh ini adalah mitra dagang terpenting Australia, membeli sekitar 40 persen barang yang diekspornya.
Ketidaksepakatan politik dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah hubungan baik menjadi semakin renggang. Keputusan Australia untuk melarang raksasa teknologi China, Huawei dengan jaringan telekomunikasi 5G-nya karena masalah keamanan nasional memicu kemarahan di China, begitu pula dengan tuduhan Australia mengenai adanya campur tangan politik dan spionase dunia maya yang dilakukan oleh China.
Kecaman Australia terhadap penanganan Covid-19 oleh China juga membuat marah para pemimpin China, selain ketidaksepakatan tentang catatan hak asasi manusia Beijing, ekspansi militernya di Laut China Selatan, dan demokrasi di Hong Kong. Para pakar yakin Australia sedang ditekan oleh China untuk mengubah kebijakan luar negerinya.
Ketegangan diplomatik itu bertepatan dengan serangkaian tarif pajak dan pembatasan terhadap ekspor produk pertanian Australia senilai miliaran dolar. China menuduh Australia membanjiri pasar China dengan biji-bijian dan anggur dan secara tidak adil mensubsidi para petaninya. Canberra sedang mempertimbangkan untuk menyampaikan keluhannya ke Organisasi Perdagangan Dunia.
Harian Global Times juga menerbitkan artikel opini yang menyebut Australia sebagai "pelopor anti-China" dengan "perasaan cemas" akan di serbu. [my/lt]