Dalam kunjungan pertamanya ke Amerika dalam dua dekade, pemimpin oposisi Burma, Aung San Suu Kyi, akan menerima penghargaan atas perjuangannya melakukan reformasi politik di Burma dan ia akan bertemu Presiden Barack Obama.
Aung San Suu Kyi selama hampir dua dekade berada dalam tahanan rumah karena perjuangannya untuk reformasi politik di Burma, juga dikenal sebagai Myanmar. Di antara penghargaan yang akan diterimanya adalah Medali Emas Kongres, anugerah tertinggi Kongres Amerika bagi warga sipil.
Kunjungan lebih dari dua minggu ke Amerika itu dilakukan setelah kunjungan ke Eropa awal tahun ini di mana ia secara resmi menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991.
Kunjungan-kunjungan Aung San Suu Kyi itu dilakukan di tengah reformasi politik di Burma di bawah Presiden Thein Sein. Setelah dibebaskan dari tahanan rumah, pemimpin oposisi itu terpilih menjadi anggota parlemen tahun ini, sebuah perubahan besar dari kehidupannya sebagai seorang tawanan politik.
Debbi Stothard, juru bicara kelompok HAM Alternative ASEAN Network, mengatakan sementara kunjungan ke Amerika merupakan “sebuah perayaan,” Aung San Suu Kyi harus mengatakan kepada para pendukungnya banyak isu yang masih belum terselesaikan di Burma.
“Bagi banyak orang kunjungan Aung san Suu Kyi ke Eropa dan Amerika tahun ini merupakan perayaan setelah dua dekade berjuang, keberhasilan ini harus dirayakan. Namun, pesan yang harus disampaikan Aung San Suu Kyi adalah jalan yang ditempuh masih panjang, kita masih harus berhati-hati dan tidak begitu saja menerima setiap perkembangan positif,” paparnya.
Kunjungan ke Amerika itu bertepatan dengan kunjungan Presiden Burma Thein Sein, yang dijadwalkan menghadiri sidang Majelis Umum minggu ini. Sebagian analis mengatakan kunjungan Aung San Suu Kyi akan membayangi kunjungan Presiden Thein Sein.
Namun, Sean Turnell, asisten guru besar pada Universitas Macquarie, mengatakan kunjungan-kunjungan itu akan saling melengkapi.
“Salah satu hal baik tentang Thein Sein adalah ia menjabat hanya untuk satu kali – Ia punya pandangan akan mewariskan Burma dalam arah yang benar, dan merasa Suu Kyi merupakan tokoh yang penting baginya. Karena Suu Kyi adalah tokoh yang luar biasa terkenal, ia menempatkan Burma di peta dalam cara yang tidak bisa dilakukan siapapun,” ujarnya.
Turnell mengatakan Amerika mungkin mengumumkan akan melonggarkan lebih jauh sanksi perdagangan terhadap Burma.
Analis-analis lain mengatakan Aung San Suu Kyi mungkin akan menghadapi pertanyan mengenai sikapnya berkenaan dengan isu peka bentrokan antar etnis antara orang-orang Islam dan komunitas Budha di negara bagian Rakhine di Burma barat yang mengakibatkan puluhan tewas dan cedera dan ratusan rumah hancur.
Aung San Suu Kyi selama hampir dua dekade berada dalam tahanan rumah karena perjuangannya untuk reformasi politik di Burma, juga dikenal sebagai Myanmar. Di antara penghargaan yang akan diterimanya adalah Medali Emas Kongres, anugerah tertinggi Kongres Amerika bagi warga sipil.
Kunjungan lebih dari dua minggu ke Amerika itu dilakukan setelah kunjungan ke Eropa awal tahun ini di mana ia secara resmi menerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991.
Kunjungan-kunjungan Aung San Suu Kyi itu dilakukan di tengah reformasi politik di Burma di bawah Presiden Thein Sein. Setelah dibebaskan dari tahanan rumah, pemimpin oposisi itu terpilih menjadi anggota parlemen tahun ini, sebuah perubahan besar dari kehidupannya sebagai seorang tawanan politik.
Debbi Stothard, juru bicara kelompok HAM Alternative ASEAN Network, mengatakan sementara kunjungan ke Amerika merupakan “sebuah perayaan,” Aung San Suu Kyi harus mengatakan kepada para pendukungnya banyak isu yang masih belum terselesaikan di Burma.
“Bagi banyak orang kunjungan Aung san Suu Kyi ke Eropa dan Amerika tahun ini merupakan perayaan setelah dua dekade berjuang, keberhasilan ini harus dirayakan. Namun, pesan yang harus disampaikan Aung San Suu Kyi adalah jalan yang ditempuh masih panjang, kita masih harus berhati-hati dan tidak begitu saja menerima setiap perkembangan positif,” paparnya.
Kunjungan ke Amerika itu bertepatan dengan kunjungan Presiden Burma Thein Sein, yang dijadwalkan menghadiri sidang Majelis Umum minggu ini. Sebagian analis mengatakan kunjungan Aung San Suu Kyi akan membayangi kunjungan Presiden Thein Sein.
Namun, Sean Turnell, asisten guru besar pada Universitas Macquarie, mengatakan kunjungan-kunjungan itu akan saling melengkapi.
“Salah satu hal baik tentang Thein Sein adalah ia menjabat hanya untuk satu kali – Ia punya pandangan akan mewariskan Burma dalam arah yang benar, dan merasa Suu Kyi merupakan tokoh yang penting baginya. Karena Suu Kyi adalah tokoh yang luar biasa terkenal, ia menempatkan Burma di peta dalam cara yang tidak bisa dilakukan siapapun,” ujarnya.
Turnell mengatakan Amerika mungkin mengumumkan akan melonggarkan lebih jauh sanksi perdagangan terhadap Burma.
Analis-analis lain mengatakan Aung San Suu Kyi mungkin akan menghadapi pertanyan mengenai sikapnya berkenaan dengan isu peka bentrokan antar etnis antara orang-orang Islam dan komunitas Budha di negara bagian Rakhine di Burma barat yang mengakibatkan puluhan tewas dan cedera dan ratusan rumah hancur.