Bank Dunia hari Senin (3/12) mengumumkan akan melipatgandakan pendanaannya untuk membantu negara-negara miskin beradaptasi dengan pemanasan global menjadi sebesar 200 miliar dolar dalam lima tahun ke depan.
"Apabila kita tidak mengurangi emisi dan memulai adaptasi sekarang, akan ada 100 juta orang lagi yang hidup dalam kemiskinan tahun 2030," kata kepala urusan perubahan iklim Bank Dunia, John Roome, kepada Kantor Berita Prancis.
"Dan kita juga tahu bahwa apabila kita kurang proaktif mengatasi isu ini di tiga kawasan saja -- Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin -- akan ada 133 juta migran iklim, Roome memperingatkan.
Membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih hangat dan cuaca ekstrem meliputi membangun rumah-rumah yang lebih kokoh, mencari sumber-sumber air segar baru, dan apa yang disebut Bank Dunia sebagai "pertanian ramah iklim."
Pengumuman bank itu muncul sementara perundingan antara 200 negara memulai konferensi perubahan iklim selama dua minggu di Katowice, Polandia.
Ancaman pemanasan global "tidak pernah seburuk ini," kata kepala urusan iklim PBB Patricia Espinosa pada awal pembicaraan iklim di Polandia.
"Tahun ini kemungkinan akan menjadi salah satu dari empat tahun terpanas dalam catatan, dampak perubahan iklim tidak pernah seburuk ini. Realita ini menunjukkan bahwa kita harus melakukan lebih banyak lagi," katanya hari Minggu (2/12).
Para juru runding dari hampir 200 negara berkumpul di kota Katowice, Polandia untuk pembicaraan dua minggu mengenai penerapan Perjanjian Paris 2015 yang penting. Para penandatangan dalam perjanjian itu berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu global menjadi kurang dari dua derajat Celcius pada tahun 2030.
"Melihat dari sudut pandang luar, itu adalah tugas yang tidak mungkin terwujud," kata wakil menteri lingkungan Polandia Michal Kurtyka kepada Associated Press pekan lalu.
"Sekjen PBB bergantung pada kita semua untuk mewujudkannya. Tidak ada Rencana B," tandasnya.
Pembicaraan soal perubahan iklim mendapat dorongan ketika 19 dari 20 negara G-20 yang bertemu di Buenos Aires menegaskan kembali komitmen mereka untuk memerangi perubahan iklim.
AS adalah satu-satunya yang menolak. Presiden AS Donald Trump telah mengancam untuk menarik AS keluar dari perjanjian Paris karena apa yang dikatakannya kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh perjanjian itu.
Trump adalah pendukung bahan bakar fosil dan tenaga nuklir dan telah mengusulkan untuk menegosiasi ulang Perjanjian Paris -- gagasan yang dianggap banyak pihak sebagai tidak praktis. (vm)