Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Afrika, Martha Ama Akyaa Pobee, pada Kamis (16/11), mengatakan permusuhan di Sudan semakin meningkat pada akhir-akhir ini.
Saat berbicara di Dewan Keamanan, Pobee mengatakan, “Konflik di Sudan telah berkecamuk selama lebih dari tujuh bulan tanpa ada tanda-tanda deeskalasi.”
Ia juga mengatakan, “Meskipun kedua pihak yang bertikai telah menyatakan kesiapan untuk merundingkan gencatan senjata, tindakan mereka di lapangan menunjukkan sebaliknya.”
“Sudan sedang menghadapi bencana kemanusiaan yang semakin parah dan krisis hak asasi manusia yang sangat dahsyat. Lebih dari 6.000 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, telah terbunuh sejak bulan April. Sudan kini menjadi negara dengan krisis pengungsi terbesar di dunia, dengan 7,1 juta orang menjadi pengungsi. Situasi kesehatan juga masih sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.
Pobee lalu mencatat, “Meskipun gencatan senjata harus dilakukan oleh pihak-pihak yang bertikai, tidak ada solusi jangka panjang yang bisa muncul tanpa melibatkan warga sipil sebagai pemangku kepentingan utama dalam proses politik.”
Ia menambahkan, “Mengingat perubahan situasi di lapangan secara dramatis sejak pecahnya konflik, Sekretaris Jenderal PBB telah memulai tinjauan strategis terhadap UNITAMS untuk memberikan Dewan ini pilihan mengenai bagaimana menyesuaikan mandat Misi agar lebih sesuai dengan konteks saat ini. Hal ini akan membantu memastikan bahwa tujuan dan prioritas Misi cukup mencerminkan kebutuhan rakyat Sudan dan mendukung Sudan dalam perjalanannya menuju perdamaian dan stabilitas.” [my/rs]
Forum