Tautan-tautan Akses

ASEAN Beda Pendapat dalam Pernyataan soal Krisis Rakhine, Myanmar


Menteri Luar Negeri Filipina, Peter Cayetano yang menjadi Ketua ASEAN (foto: dok).
Menteri Luar Negeri Filipina, Peter Cayetano yang menjadi Ketua ASEAN (foto: dok).

Filipina hari Senin (25/9) mengatakan menghormati keputusan Malaysia untuk menyatakan diri tidak tersangkut paut dengan pernyataan terkait negara bagian Rakhine, Myanmar, yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri Peter Cayetano selaku Ketua ASEAN.

Menteri luar negeri Malaysia Anifah Aman hari Minggu mengatakan Malaysia menyatakan diri tidak tersangkut paut dengan pernyataan itu yang dianggapnya tidak mencerminkan kenyataan di kawasan, tidak menyebut Muslim Rohingya sebagai salah satu komunitas yang terimbas dan tidak berdasar konsensus.

Ini adalah perbedaan pendapat yang sangat jarang terjadi dalam tubuh ASEAN yang biasanya selalu bersatu dan mengambil putusan berdasar permufakatan.

Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan sebagai Ketua ASEAN, Filipina mengeluarkan pernyataan dengan mempertimbangkan perasaan semua negara anggota lain dan setelah melakukan konsultasi ekstensif dengan Malaysia.

“ASEAN sangat prihatin mengenai situasi kemanusiaan di negara bagian Rakhine dan karena Malaysia berpandangan lain mengenai beberapa isu, untuk menunjukkan rasa hormat pada posisi Malaysia kami mengeluarkan Pernyataan Ketua yang mencerminkan perasaan umum menteri luar negeri negara-negara anggota lain,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Filipina.

Ditambahkan, sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Filipina memiliki fleksibilitas sampai titik tertentu dalam menyusun pernyataan ketua ASEAN mengenai berbagai isu.

Pernyataan Ketua ASEAN yang dikeluarkan di New York hari Sabtu mengutuk “serangan-serangan terhadap pasukan keamanan Myanmar” dan “semua tindak kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sipil, penghancuran desa-desa dan tersingkirnya sejumlah besar penduduk.”

Namun, Menteri Luar Negeri Anifah mengatakan, meskipun Malaysia mengutuk serangan-serangan yang dilakukan tanggal 25 Agustus oleh Tentara Penyelamatan Rohingya Arakhan terhadap pasukan keamanan Myanmar, “operasi pembersihan” yang kemudian dilakukan pihak berwenang Myanmar sangat tidak proporsional dan membuat tewasnya banyak warga sipil dan membuat 400 ribu warga Rohingya harus mengungsi.”

Ditambahkan, “Malaysia menyatakan keprihatinan mendalam atas kekejaman yang telah menimbulkan krisis kemanusiaan skala penuh sehingga masyarakat dunia tidak dapat membiarkannya saja, dan harus berbuat sesuatu untuk menanganinya.”

PBB telah menyatakan bahwa yang terjadi dapat disetarakan dengan pembersihan etnis (ethnic cleansing). [ds]

Recommended

XS
SM
MD
LG