Aktivis tunanetra Tiongkok, Chen Guangcheng, kini mengajukan permohonan untuk bertemu langsung Menteri Luar Negeri Hillary Clinton.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Mark Toner mengatakan pejabat-pejabat Amerika hari Kamis sudah berbicara dengan Chen Guangcheng melalui telepon sebanyak dua kali dan bertemu langsung dengan istrinya, tetapi masih mengupayakan pertemuan langsung dengan aktivis tunanetra itu.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan ada beberapa petunjuk yang mengabarkan bahwa mereka akan dapat menemui Chen Guangcheng hari Jum’at ini.
Chen meninggalkan Kedutaan Besar Amerika di Beijing hari Rabu dengan kesepakatan yang memperbolehkannya merelokasi keluarganya dan kesempatan belajar ilmu hukum di sebuah universitas di Tiongkok. Tetapi kesepakatan itu berubah dalam waktu beberapa jam.
Chen mengatakan kepada beberapa wartawan asing dalam pembicaraan melalui telfon bahwa kini ia ingin mengajukan suaka politik ke Amerika untuk dirinya dan keluarga, karena ia tidak lagi percaya akan jaminan atas hak dan keamanannya di Tiongkok.
Mark Toner mengatakan belum jelas mengapa Chen mengubah pendapatnya. Namun ditambahkannya bahwa peristiwa ini menunjukkan kekuatan hubungan Amerika dan Tiongkok yang mampu menyelesaikan masalah-masalah sulit dalam beberapa hari ini, sambil tetap memusatkan perhatian pada keprihatinan dunia yang mencakup masalah Suriah, Sudan, Korea Utara dan Iran.
Chen Guangcheng yang belajar hukum secara otodidak, menghabiskan waktu selama empat tahun dalam penjara setelah mengungkap kasus pemaksaan aborsi dan sterilisasi oleh otoritas keluarga berencana Tiongkok.
Chen telah dikenakan tahanan rumah setelah dibebaskan dari penjara pada bulan September 2010. Drama pelariannya dari tahanan rumah, kedatangan rahasianya ke Kedutaan Besar Amerika di Beijing dan kesepakatan memperbolehkannya keluar dari kedutaan dan permintaan suaka politiknya kini telah membayang-bayangi pembicaraan antara pejabat-pejabat Tiongkok dan Amerika, termasuk Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Keuangan Timothy Geithner.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Mark Toner mengatakan pejabat-pejabat Amerika hari Kamis sudah berbicara dengan Chen Guangcheng melalui telepon sebanyak dua kali dan bertemu langsung dengan istrinya, tetapi masih mengupayakan pertemuan langsung dengan aktivis tunanetra itu.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan ada beberapa petunjuk yang mengabarkan bahwa mereka akan dapat menemui Chen Guangcheng hari Jum’at ini.
Chen meninggalkan Kedutaan Besar Amerika di Beijing hari Rabu dengan kesepakatan yang memperbolehkannya merelokasi keluarganya dan kesempatan belajar ilmu hukum di sebuah universitas di Tiongkok. Tetapi kesepakatan itu berubah dalam waktu beberapa jam.
Chen mengatakan kepada beberapa wartawan asing dalam pembicaraan melalui telfon bahwa kini ia ingin mengajukan suaka politik ke Amerika untuk dirinya dan keluarga, karena ia tidak lagi percaya akan jaminan atas hak dan keamanannya di Tiongkok.
Mark Toner mengatakan belum jelas mengapa Chen mengubah pendapatnya. Namun ditambahkannya bahwa peristiwa ini menunjukkan kekuatan hubungan Amerika dan Tiongkok yang mampu menyelesaikan masalah-masalah sulit dalam beberapa hari ini, sambil tetap memusatkan perhatian pada keprihatinan dunia yang mencakup masalah Suriah, Sudan, Korea Utara dan Iran.
Chen Guangcheng yang belajar hukum secara otodidak, menghabiskan waktu selama empat tahun dalam penjara setelah mengungkap kasus pemaksaan aborsi dan sterilisasi oleh otoritas keluarga berencana Tiongkok.
Chen telah dikenakan tahanan rumah setelah dibebaskan dari penjara pada bulan September 2010. Drama pelariannya dari tahanan rumah, kedatangan rahasianya ke Kedutaan Besar Amerika di Beijing dan kesepakatan memperbolehkannya keluar dari kedutaan dan permintaan suaka politiknya kini telah membayang-bayangi pembicaraan antara pejabat-pejabat Tiongkok dan Amerika, termasuk Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Keuangan Timothy Geithner.