Tautan-tautan Akses

AS 'Teruskan Rencana' Kirim Bom Seberat 227 Kilogram untuk Israel


Serangan udara Israel menghancurkan kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza selatan 20 Maret 2024 (foto: dok). Para pakar pertahanan mempertanyakan mengapa Israel tidak menggunakan bom yang lebih kecil dan lebih presisi ketika begitu banyak warga sipil berada di lokasi.
Serangan udara Israel menghancurkan kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza selatan 20 Maret 2024 (foto: dok). Para pakar pertahanan mempertanyakan mengapa Israel tidak menggunakan bom yang lebih kecil dan lebih presisi ketika begitu banyak warga sipil berada di lokasi.

AS "meneruskan rencananya" untuk mengirim bom seberat 500 pon atau hampir 227 kg ke Israel. Pengiriman sempat tertunda karena ada kekhawatiran bahwa bom seberat 2.000 pon atau lebih dari 907 kg dalam pengiriman yang sama akan digunakan di daerah padat penduduk, kata seorang pejabat AS hari Kamis (11/7).

AS menunda pengiriman bom pada awal Mei ketika Israel berada di ambang operasi darat besar-besaran di Rafah, Gaza selatan. Operasi itu ditentang keras pemerintah AS. Israel akhirnya tetap melancarkan serangan tetapi lebih terbatas.

“Sikap kami jelas bahwa kami khawatir bom seberat 2.000 pon tersebut pada akhirnya akan digunakan, khususnya menjelang kampanye Israel terhadap Rafah yang telah mereka umumkan akan mereka lakukan,” kata pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya.

“Karena bom-bom ini dikirim bersamaan, bom-bom lain kadang-kadang bisa bercampur. Itulah yang terjadi di sini dengan bom seberat 500 pon,” kata pejabat itu. Ia menambahkan bahwa “Kekhawatiran mereka bukan pada bom seberat 500 pon karena bom-bom itu disetujui sebagai bagian dari proses yang biasa."

Bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menuduh pemerintahan Presiden Joe Biden memperlambat pengiriman senjata ke Israel, yang telah berperang di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.

Para pejabat AS membantah tuduhan itu, dan mengatakan bahwa pengiriman bom itu adalah satu-satunya yang tertunda. Kedua pihak kemudian memberi sinyal bahwa perbedaan mereka sudah diselesaikan.

AS adalah pendukung utama militer Israel. Namun, Gedung Putih menyuarakan frustrasi atas meningkatnya jumlah korban warga sipil di Gaza, yang selama lebih dari sembilan bulan ini menjadi sasaran operasi Israel dalam melawan Hamas.

Serangan yang belum pernah terjadi pada 7 Oktober oleh militan Palestina di Israel selatan, memicu perang yang mengakibatkan kematian 1.195 orang, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka-angka Israel. Sebagian besar korban adalah warga sipil.

Militan juga menyandera warga Israel, 116 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 42 orang yang menurut militer sudah tewas. Serangan balasan Israel yang bertujuan mengenyahkan Hamas telah menewaskan sedikitnya 38.345 orang, sebagian besar adalah warga sipil, menurut data dari kementerian kesehatan Gaza. [ka/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG