Amerika Serikat pada hari Senin (5/12) menyatakan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan Iran memperbaiki perlakuannya terhadap perempuan menyusul laporan yang menyebut Teheran membubarkan kepolisian moralnya di tengah gelombang unjuk rasa di negara itu.
Iran menghadapi salah satu gelombang unjuk rasa terbesarnya sejak Revolusi Islam tahun 1979 menyusul kematian Mahsa Amini, perempuan 22 tahun, 16 September lalu, setelah ditahan oleh polisi moral yang menuduhnya tidak berpakaian sesuai dengan aturan berpakaian bagi perempuan di negara itu.
Jaksa Agung Iran akhir pekan lalu dikutip telah mengatakan bahwa kesatuan polisi moral negara itu telah ditutup, namun para pegiat meragukan bahwa perubahan yang berarti akan terjadi. Pemerintah Iran pun belum mengonfirmasi berita tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, ketika ditanya mengenai berita itu, memberikan penghormatan kepada para pengunjuk rasa yang “luar biasa berani” dan mengatakan bahwa laporan tentang pembubaran polisi moral itu belum jelas.
“Saya tidak tahu persis ke mana arahnya, tapi yang penting adalah hal ini tentang aspirasi rakyat Iran,” kata Blinken kepada wartawan ketika mengikuti perundingan dagang dengan Uni Eropa di negara bagian Maryland.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa AS “tidak akan berkomentar mengenai klaim ambigu atau tidak jelas yang disampaikan oleh pejabat Iran.”
“Sayangnya, kami tidak melihat apapun yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Iran memperbaiki perlakuannya terhadap perempuan dan anak-anak perempuan atau menghentikan kekerasan yang ditimbulkannya terhadap para pengunjuk rasa damai.”
Washington telah berulang kali mengecam Iran atas catatan buruknya mengenai hak-hak perempuan dan penumpasan gelombang unjuk rasa oleh pihak berwenang. [rd/jm]
Forum