Perusahaan pesawat nirawak atau drone dari Taiwan dan Amerika Serikat (AS) sedang menjajaki cara untuk bekerja sama di pasar yang didominasi oleh China. Pekan ini, perusahaan Taiwan dan puluhan perusahaan serta pejabat Amerika bertemu di Taipei.
Serangan yang dilakukan oleh kawanan drone hampir menjadi kejadian sehari-hari dalam perang Rusia di Ukraina. Kyiv dan Moskow menggunakan kendaraan udara tak berawak, atau UAV, untuk melakukan serangan dan mempertahankan diri dari serangan.
Ketika ancaman China terhadap Taiwan semakin meningkat, banyak yang melihat drone juga memainkan peran penting dalam potensi konflik di sana. Presiden China Xi Jinping telah menugaskan pasukannya untuk bersiap menghadapi invasi Taiwan pada 2027.
Dan dengan dominasi perusahaan China di pasar dan sumber daya penting yang digunakan dalam pembuatan drone, para analis mengatakan penting bagi Taiwan dan AS untuk menemukan cara menciptakan rantai pasokan yang bebas dari peran China.
Pada pameran drone di Universitas Nasional Taiwan di Taipei minggu ini, ratusan produsen Taiwan bertemu dengan beberapa pejabat dari Departemen Pertahanan AS dan Raymond Greene, direktur American Institute di Taiwan, yang secara de facto berfungsi sebagai Kedutaan AS di Taiwan.
Patrick Mason, wakil asisten sekretaris Angkatan Darat untuk ekspor dan kerja sama pertahanan, dan Andrew Hong, wakil direktur portofolio siber Unit Inovasi Pertahanan (DIU) Departemen Pertahanan, berbicara di pameran tersebut. Mason berbicara tentang “Jalan Menuju Kerja Sama Industri Pertahanan AS-Taiwan” dan pernyataan Hong fokus pada “Inovasi Pertahanan dengan Taiwan.”
Bagi perusahaan drone AS, forum tersebut menawarkan potensi untuk memperluas usaha bisnis dengan Taiwan dan menumbuhkan kemitraan perdagangan bilateral, menurut pernyataan dari American Institute di Taiwan, Rabu (25/9).
Permintaan terhadap teknologi drone di Taiwan sangat besar, terutama mengingat kehebatan produksi drone China. Perusahaan drone China, DJI, menguasai 76 persen pasar konsumen drone rumah tangga pada 2021. Drone-drone itu juga telah digunakan di medan perang di negara-negara seperti Ukraina dan Myanmar. Pemerintah China dan DJI mengecam penggunaan drone di medan perang itu.
Hsu Chih-hsiang, asisten peneliti di Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional di Taipei, menggambarkan drone sebagai “pengganda kekuatan tempur,” dan menjelaskan bahwa, bahkan di masa damai, China telah mulai mengirimkan drone berukuran besar ke wilayah Taiwan dan bahkan menggunakan drone sipil kecil untuk terbang di wilayah udara Taiwan di Kepulauan Kinmen.
Pada 2022, mantan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menjadikan industri drone sebagai prioritas pembangunan di Taiwan. Sejak itu, Taiwan telah membentuk program “Tim Nasional Drone”, yang mensubsidi produksi dalam negeri sistem ini.
Menteri Pertahanan Nasional Taiwan Wellington Koo mengungkapkan pada pertengahan September bahwa Taiwan akan membeli 3.422 unit dari enam jenis drone militer yang diproduksi di dalam negeri, termasuk mini-drone, sebelum 2028. Selain itu, Taiwan juga akan secara terpisah memperoleh dua jenis drone serang jenis rudal berjumlah 976 unit, sebelum 2026, untuk meningkatkan serangan presisi dan kemampuan anti-tank/
Wang Shiow-wen, yang juga asisten peneliti di Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional, mengatakan dukungan Amerika terhadap modernisasi drone Taiwan menghadirkan peluang bagi Taiwan untuk mengatasi hambatan dalam kapasitas produksi dan memastikan keamanan rantai pasokan drone.
Menurut kantor berita Central News Agency yang didanai pemerintah Taiwan, pemerintah Taiwan telah menetapkan target bagi produsen dalam negeri untuk memproduksi 15.000 drone per bulan pada 2028. Jumlah tersebut tiga kali lipat dari tingkat produksi saat ini,
Ja Ian Chong, seorang ilmuwan politik di Universitas Nasional Singapura, mengatakan tiga pertimbangan paling penting bagi AS dan Taiwan mengenai masa depan produksi drone tanpa komponen China adalah biaya, kapasitas produksi massal, dan dampaknya terhadap Amerika. dan anggaran Taiwan, transfer teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan.
China sangat menentang kolaborasi dan keterlibatan antara Taiwan dan Amerika Serikat, dan China mengamati pertemuan di Taipei dengan cermat. [ft]
Katherine Michaelson berkontribusi untuk laporan ini.