Pemerintahan Presiden Trump hari Selasa (24/7) mengumumkan akan memberikan bantuan darurat sebesar 12 milyar dolar kepada para petani Amerika yang terkena dampak sengketa dagang dengan China dan sejumlah negara lain.
Tapi, kantor berita Associated Press mengatakan, kelompok partai Republik yang tinggal di kawasan pertanian yang terkena dampak itu dengan segera menepiskan tawaran bantuan pemerintah tadi. Kata mereka, petani menginginkan pasar yang terbuka bagi produk-produk mereka, dan bukannya ganti rugi karena tidak berhasil menjual barang mereka.
Departemen pertanian Amerika mengatakan akan mengeluarkan dana bermilyar dolar itu sebagai pembayaran langsung kepada para petani yang terkena dampak peraturan pajak yang dikeluarkan Presiden Trump, yang memicu pembalasan dari China dan berbagai negara lainnya.
Tindakan pemerintah itu, kata Associated Press, agaknya dilakukan karena adanya kekhawatiran bahwa partai Republik akan kehilangan kursi di DPR dan Senat dalam pemilihan sela yang akan diadakan akhir tahun ini. Pejabat pemerintah mengatakan, program bantuan itu hanya bersifat sementara.
“Ini hanyalah penyelesaian jangka pendek yang akan memberi waktu kepada Presiden Trump dan pemerintahannya untuk mengusahakan perjanjian dagang jangka panjang yang
lebih menguntungkan,” kata Menteri Pertanian Sonny Perdue. Para pejabat lain mengatakan bantuan uang tunai itu bukanlah semacam “bailout” bagi para petani Amerika.
Istilah bailout mencuat sekitar 10 tahun lalu, ketika terjadi krisis keuangan dan pemerintah memberikan bantuan tunai kepada perusahaan-perusahaan besar yang terkena dampak krisis keuangan.
Bantuan bagi petani itu memicu kemarahan senator partai Republik John Kennedy dari negara bagian Louisiana.
“Saya ingin tahu apa yang akan dilakukan (pemerintah) bagi pabrik-pabrik mobil, pabrik petrokimia dan pabrik lainnya yang terkena dampak kenaikan tarif impor yang dijalankan pemerintahan Trump,” kata Kennedy.
Senator Republik lainnya, Ben Sasse dari negara bagian Nebraska mengatakan, rencana pemberian dana milyaran dolar itu adalah ibarat pembagian “tongkat-tongkat atau kruk emas”, dan menambahkan, peraturan tariff yang dimulai Amerika itu “tidak akan membuat Amerika hebat lagi, tapi akan membuat kita kembali ke tahun 1929 lagi.”
Tahun 1929 adalah permulaan terjadinya krisis keuangan dahsyat di Amerika yang kemudian merambat ke seluruh dunia, dan dikenal sebagai Zaman Depresi. [ii]