Sedikitnya 104 warga Palestina tewas di Kota Gaza pada Kamis (29/2) ketika pasukan Israel menembaki orang-orang yang mencoba mendapatkan makanan dari truk bantuan kemanusiaan, namun laporan mengenai serangan tersebut masih simpang siur.
Presiden AS Joe Biden mengatakan para pejabat AS sedang menyelidiki “versi-versi yang saling bertentangan” tentang bagaimana serangan itu terjadi.
Juru bicara Gedung Putih Olivia Dalton menyebut jumlah korban tewas “sangat mengkhawatirkan” dan menimbulkan keprihatinan mendalam.
“Peristiwa terbaru ini perlu diselidiki secara menyeluruh,” katanya kepada wartawan di Air Force One, yang melakukan perjalanan bersama Biden ke perbatasan AS-Meksiko. “Peristiwa ini menggarisbawahi perlunya… memperluas bantuan kemanusiaan untuk mencapai Gaza.”
Pejabat rumah sakit di Gaza awalnya melaporkan bahwa telah terjadi serangan Israel terhadap kerumunan warga di bundaran al-Nabusi di bagian barat dari kota itu. Sejumlah saksi kemudian mengatakan bahwa tentara Israel menembaki kerumunan saat orang-orang mengeluarkan tepung dan makanan kaleng dari beberapa truk bantuan.
Pejabat Israel menngakui bahwa tentara mereka memang melepaskan tembakan. Mereka mengatakan para tentara melakukan hal itu karena mengira orang-orang yang bergegas menuju truk bantuan "menimbulkan ancaman."
Namun dalam pernyataan video yang diunggah pada Kamis malam di platform media sosial X, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pasukan hanya melepaskan “beberapa tembakan peringatan” untuk membubarkan massa.
“Tidak ada serangan IDF yang dilakukan terhadap konvoi bantuan,” kata juru bicara Laksamana Muda Daniel Hagari, seraya menambahkan bahwa tank-tank Israel hadir untuk mengamankan koridor kemanusiaan yang bisa dilewati oleh konvoi 38 truk tersebut.
IDF juga awalnya mengatakan bahwa “puluhan orang tewas dan terluka karena saling dorong, terinjak-injak dan ditabrak truk.” Hagari juga menegaskan hal yang sama, dengan mengatakan “ribuan” warga Gaza ikut serta dalam konvoi bantuan tersebut.
“Beberapa orang mulai mendorong dan bahkan menginjak-injak warga Gaza lainnya hingga tewas, dan menjarah pasokan kemanusiaan,” kata Hagari.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan rencana gencatan senjata sangat dibutuhkan dan bahwa AS “terus percaya bahwa kesepakatan itu mungkin terjadi.”
“Pertama-tama, saya ingin menyampaikan belasungkawa terdalam Amerika Serikat kepada keluarga mereka yang meninggal. Terlalu banyak warga Palestina tak berdosa yang terbunuh dalam konflik ini,” kata Miller dalam jumpa pers Kamis, seraya menambahkan:
“Peristiwa tragis ini juga menggarisbawahi pentingnya memperluas dan mempertahankan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai respons terhadap situasi kemanusiaan yang mengerikan, termasuk melalui potensi gencatan senjata sementara sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan sandera.”
PBB mengatakan lembaganya tidak terlibat dalam pengiriman bantuan pada hari Kamis. Departemen Luar Negeri AS mengatakan pengiriman barang tersebut dilakukan oleh konvoi truk komersial. [lt/jm/rs]
Forum