Pejabat-pejabat Amerika dan Inggris memberitahu media, "sangat mungkin" serangan bom menyebabkan jatuhnya jet penumpang Rusia di Semenanjung Sinai Mesir pekan lalu, menewaskan ke 224 orang di dalamnya.
Kepada kantor berita Associated Press, seorang pejabat Amerika mengatakan, komunikasi yang disadap menunjukkan kemungkinan kelompok militan ISIS pelaku serangan itu.
Kalangan pakar sedang menyelidiki puing-puing untuk mencari kemungkinan aksi teror, sementara beberapa laporan mengatakan pemeriksaan forensik mengungkap adanya pecahan peluru dari beberapa korban. Pakar-pakar itu juga sudah menemukan kedua perekam penerbangan atau black box.
ISIS mengaku bertanggungjawab atas bencana itu, tetapi sejauh ini tidak menunjukkan bukti kuat guna mendukung klaim tersebut. Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menolak klaim ISIS, dan menyebutnya "propaganda" serta upaya merusak keamanan dan stabilitas Mesir.
Kepada VOA, David Schenker, pakar Timur Tengah pada Washington Institute untuk Kebijakan Timur Dekat, mengatakan "tidak terlalu mengejutkan" jika ISIS bertanggungjawab atas kehancuran pesawat itu.
Di Inggris, kantor Perdana Menteri David Cameron merilis pernyataan yang menyebutkan, "Selagi penyidikan masiih berlangsung, kami tidak bisa menjelaskan mengapa jet Rusia itu jatuh. Tetapi informasi lebih lanjut membuat kami semakin prihatin, pesawat itu mungkin jatuh akibat serangan bom."
Airbus Metrojet lepas landas dari kota wisata Sharm El-Sheikh di Mesir menuju St. Petersburg, Rusia, hari Sabtu. Tidak lama kemudian, pesawat itu hilang dari radar.
Jurubicara Gedung Putih Josh Earnest hari Rabu mengatakan tidak ada pesawat Amerika yang secara berkala beroperasi dari Semenanjung Sinai.
Beberapa maskapai penerbangan, termasuk Air France, Lufthansa, Emirates dan Qatar Airways tidak lagi terbang di atas Semenanjung Sinai dengan alasan keamanan. [ka]