Tautan-tautan Akses

AS Perkirakan Tidak Ada Perubahan Kebijakan Iran di bawah Presiden Baru


Poster yang menampilkan wajah presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, dibawa oleh pendukungnya ketika berkumpul di sebuah area di dekat Teheran, Iran, pada 6 Juli 2024. (Majid Asgaripour/West Asia News Agency via Reuters)
Poster yang menampilkan wajah presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, dibawa oleh pendukungnya ketika berkumpul di sebuah area di dekat Teheran, Iran, pada 6 Juli 2024. (Majid Asgaripour/West Asia News Agency via Reuters)

Amerika Serikat pada hari Senin (8/7) mengatakan pihaknya tidak memperkirakan ada perubahan kebijakan dari Iran setelah para pemilih memilih kandidat reformis Masoud Pezeshkian, dan mengecilkan peluang untuk melanjutkan dialog antar kedua negara.

“Kami perkirakan pemilu ini tidak akan membawa perubahan mendasar dalam arah atau kebijakan Iran,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan.

Miller mengatakan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei diperkirakan akan mengambil keputusan di Iran, musuh Amerika Serikat sejak revolusi Islam tahun 1979.

“Tentu saja, jika presiden baru mempunyai kewenangan untuk mengambil langkah-langkah untuk membatasi program nuklir Iran, menghentikan pendanaan terorisme, menghentikan kegiatan-kegiatan yang mengganggu stabilitas di kawasan, maka itu adalah langkah-langkah yang akan kita sambut dengan baik,” kata Miller.

“Tapi tentu saja, kami tidak perkirakan bahwa hal itu mungkin terjadi.”

Ketika ditanya apakah Amerika Serikat setidaknya bersedia membuka kembali diplomasi dengan Iran setelah terpilihnya Pezeshkian, Miller mengatakan: “Kami selalu mengatakan bahwa diplomasi adalah cara paling efektif untuk mencapai solusi yang efektif dan berkelanjutan sehubungan dengan program nuklir Iran.”

Namun di Gedung Putih, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, ketika ditanya apakah Amerika Serikat siap melanjutkan perundingan nuklir dengan Iran, dengan tegas menjawab, “Tidak.”

“Kami akan lihat apa yang ingin dilakukan orang ini [Pezeshkian], tapi kami tidak memperkirakan adanya perubahan dalam perilaku Iran,” kata Kirby.

Presiden Joe Biden mulai menjabat pada tahun 2021 dengan harapan akan menghidupkan kembali perjanjian nuklir tahun 2015 bersama Iran yang dirundingkan di bawah pemerintahan mantan Presiden Barack Obama. Perjanjian itu kemudian diakhiri oleh penggantinya Donald Trump, yang menjatuhkan sanksi besar-besaran terhadap Iran.

Namun pembicaraan, yang dirundingkan lewat Uni Eropa, terhenti karena perselisihan mengenai sejauh mana Amerika Serikat akan mencabut sanksi terhadap Iran.

Hubungan semakin buruk sejak serangan Hamas terhadap sekutu AS, Israel, pada 7 Oktober, yang mendapat dukungan dari Iran. [my/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG