Tautan-tautan Akses

Perjuangan Melawan Teroris Akan Makin Sulit


Wakil Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken berbicara dalam KTT Pertahanan di Bahrain. (Foto: Dok)
Wakil Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken berbicara dalam KTT Pertahanan di Bahrain. (Foto: Dok)

Badan-badan intelijen Eropa banyak dikecam karena kurangnya koordinasi yang efektif.

Keberhasilan dalam melawan pemberontak di Timur Tengah, seperti militan Negara Islam (ISIS) dan kelompok-kelompok afiliasi al-Qaida hanya akan menimbulkan tantangan baru, menurut para diplomat dan pejabat intelijen dunia.

Menghancurkan benteng-benteng atau pertahanan kelompok-kelompok itu berarti ribuan militan fundamentalis, kebanyakan dari mereka anggota ISIS, akan kembali ke negara asal mereka dari Suriah dan Irak, dan melancarkan serangan teroris di sana, kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Tony Blinken dan sejumlah diplomat yang berbicara dalam forum Kontraterorisme Global (GCTF) Rabu (21/9).

“Kita perlu waspada, sambil meruntuhkan apa yang disebut kekalifahan di Irak dan Suriah. ISIS akan terus melancarkan serangan tanpa pandang bulu di negara-negara kita,” kata Blinken.

Para pejabat Eropa mengakui bahwa mereka melihat hal itu sebagai ancaman baru.

“Ke mana para pejuang itu akan pergi?” tanya Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders.

“Apakah mereka akan menyebar ke kawasan-kawasan konflik lainnya, ataukah mereka akan kembali ke negara asal masing-masing?”

Badan-badan intelijen Eropa banyak dikecam karena kurangnya koordinasi yang efektif. Koenders mengatakan satu hal yang dipelajari dari serangan bom di Brussels bulan Maret tahun ini adalah “kurangnya pembagian informasi” antara negara-negara Barat.

“Kita tidak akan pernah bisa menghentikan semua serangan. Tapi dalam dua tahun terakhir saya melihat adanya kerjasama dan koordinasi yang lebih baik antara negara-negara Eropa, dan kini kami sedang dalam proses untuk menghentikan serangan-serangan seperti itu,” kata Koenders kepada VOA.

Namun pejabat-pejabat Amerika masih tetap prihatin.

“Masih banyak yang harus kita lakukan untuk memperbaiki kerjasama dan pembagian informasi antara Uni Eropa dan Amerika, dan juga antara sesama anggota Uni Eropa,” kata Francis Taylor, pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika.

Wakil Menlu Amerika Tony Blinken mengatakan pada konferensi GCTF hari Rabu, bahwa Amerika, dalam kerjasama dengan Turki sedang meluncurkan program untuk melindungi apa yang disebut “sasaran-sasaran empuk” bagi teroris.

“Amerika akan memberikan US$1 juta untuk mendanai riset ini bersama Turki, dan kami yakin hasilnya akan menyelamatkan banyak orang.”

Tujuan proyek ini adalah “meningkatkan kesadaran, dan membantu keahlian pejabat pemerintah dan industri untuk melindungi sasaran-saran empuk seperti restoran, tempat-tempat olahraga, hotel dan lain-lain,” dari serangan teroris dan ekstremis.

Serangan-serangan itu bisa saja dilakukan oleh kelompok-kelompok terorganisasi atau oleh perorangan, kata sebuah pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika.

GTFC didirikan lima tahun lalu dan anggotanya terdiri dari 29 negara ditambah Uni Eropa. [isa/sp]

XS
SM
MD
LG