Hari Rabu (19/6) menandai perayaan tahunan keempat di Amerika Serikat dalam memperingati Juneteenth, hari libur federal untuk memperingati emansipasi warga kulit hitam yang diperbudak pada akhir Perang Saudara.
Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang menetapkan Juneteenth sebagai hari libur federal pada 17 Juni 2021. Undang-undang tersebut langsung berlaku.
Nama hari libur itu bermula pada 19 Juni 1865, ketika Mayor Jenderal Angkatan Darat AS Gordon Granger berpawai ke Galveston, Texas, dan memberi tahu sekitar 250.000 orang yang diperbudak bahwa mereka bebas dari perbudakan setelah empat tahun perang antara tentara Union AS Utara yang menang dari negara-negara bagian Konfederasi di Selatan.
Perintah Granger memberlakukan Proklamasi Emansipasi yang ditandatangani pada tanggal 1 Januari 1863, oleh Presiden Abraham Lincoln yang membebaskan lebih dari 3 juta orang kulit hitam yang diperbudak di seluruh wilayah Konfederasi, namun perintah tersebut belum benar-benar berlaku hingga perang berakhir, setelah Konfederasi menyerah.
Komunitas kulit hitam memperingati tanggal tersebut sebagai akhir dari perbudakan yang sebenarnya dalam perayaan tertutup sepanjang abad berikutnya. Perayaan resmi pertama pada tanggal 19 Juni terjadi pada tahun 1980, ketika Texas mendeklarasikannya sebagai hari libur nasional.
Masyarakat lain di AS perlahan-lahan mulai mengadopsi perayaan tahunan ini sebagai hari libur nasional, yang akhirnya membuat 50 negara bagian dan District of Columbia mengakui hari tersebut dalam beberapa bentuk.
"Juneteenth, dan dengan demikian, Bulan Sejarah Kulit Hitam, bukan hanya acara satu hari atau satu bulan," kata Portia Hopkins, seorang sejarawan di Rice University. "Kami ingin sekali melihat perayaan Juneteenth, termasuk pembelian produk usaha orang-orang kulit hitam, berinvestasi pada real estate kulit hitam serta mencari cara-cara sehingga kita bisa memberdayakan dan memperkokoh komunitas kulit hitam."
Dorongan untuk menjadikan Juneteenth sebagai hari libur federal mendapatkan momentum selama gerakan Black Lives Matter yang menentang rasisme dan kebrutalan polisi, terutama setelah insiden pembunuhan terhadap warga Amerika Serikat keturunan Afrika, George Floyd, yang dilakukan oleh seorang polisi kulit putih di Minneapolis pada tahun 2020.
"Saya akan sangat senang melihat kurikulum Juneteenth ditambahkan ke dalam pendidikan publik," kata Hopkins. "Di Texas, dan di banyak negara bagian di seluruh negeri, mereka memiliki apa yang disebut dengan Pekan Rayakan Kebebasan, di mana mereka melihat dokumen-dokumen dasar seperti Konstitusi dan Deklarasi Kemerdekaan. Mengapa tidak menambahkan Perintah Umum No. 3 ke dalamnya dan benar-benar memungkinkan para siswa untuk berpikir tentang apa arti kebebasan dalam konteks yang berbeda dan untuk orang-orang yang berbeda di negara kita yang besar ini?"
Perintah Umum No. 3 adalah dekrit tahun 1865 yang mengakhiri perbudakan di Texas.
Sebagian besar keberhasilan dalam menggalang dukungan untuk menjadikan Juneteenth sebagai hari libur nasional diraih berkat jasa Opal Lee, seorang pensiunan guru dan aktivis kulit hitam yang dikenal sebagai "nenek Juneteenth". Sebagai seorang anak, ia menyaksikan sekelompok 500 penganut supremasi kulit putih merusak dan membakar sampai meratakan rumah keluarganya.
Pada tahun 2016 ketika ia berusia 89 tahun, Lee memulai kampanye dengan berjalan kaki menempuh jarak ratusan kilometer dari kampung halamannya di Fort Worth, Texas, ke Washington, D.C., untuk mendesak hari libur federal Juneteenth. Usahanya menjadi kenyataan pada tahun 2021, ketika Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang disahkan oleh Kongres yang menandai Juneteenth sebagai hari libur nasional ke-11.
Dalam sebuah proklamasi yang mengakui peringatan Juneetenth tahun ini sebagai "sebuah hari untuk mengenang," Biden mengatakan bahwa Juneteenth "tidak hanya menandai berakhirnya dosa asli terkait perbudakan di Amerika, namun juga merupakan awal dari tugas yang ada di dalam hati dan jiwa Bangsa: mewujudkan janji Amerika bagi setiap warga Amerika." [my/rs]
Forum