Laporan media menyebutkan bahwa Amerika Serikat telah menetapkan Korea Utara ada di balik peretasan Sony Pictures, yang pada Rabu (17/12) membatalkan pemutaran perdana sebuah film fiksi mengenai rencana pembunuhan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Berbicara dengan syarat tak disebutkan namanya, para pejabat Amerika menyatakan para penyelidik telah mengaitkan Korea Utara dengan serangan dunia maya tersebut, yang mengakibatkan bocornya puluhan ribu dokumen serta telah meningkat menjadi ancaman serangan teroris terkait film The Interview.
Belum jelas bagaimana para penyelidik menetapkan hal tersebut atau bagaimana Gedung Putih akan menanggapinya. Dewan Keamanan Nasional menyebutkan Biro Investigasi Federal (FBI) memimpin investigasi dan akan memberi keterangan terbaru pada waktu yang tepat.
Sebelumnya Rabu (17/12), Sony menyatakan membatalkan pemutaran perdana The Interview pada 25 Desember mendatang, setelah beberapa jaringan bioskop besar memutuskan untuk tidak memutar film tersebut. Menurut pernyataan itu, Sony ikut merasakan kekhawatiran mengenai masalah keamanan tersebut.
Sebuah kelompok peretas yang mengaku bernama Guardians of Peace pada Selasa mengeluarkan pernyataan yang menjanjikan “nasib buruk” terhadap mereka yang menonton The Interview.
Dalam bahasa Inggris yang buruk, pernyataan singkat kelompok itu mengingatkan serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat dan memperingatkan orang-orang agar menjauhkan diri dari bioskop yang memutar film tersebut.
Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika mengatakan sedang menganalisa pesan itu, namun bersikeras menyatakan, tidak ada informasi intelijen yang dapat dipercaya yang mengindikasikan bahwa adanya rencana serangan terhadap bioskop-bioskop di Amerika.