Amerika Serikat harus memperbaiki kebijakannya terhadap Afrika, dengan fokus pada mineral-mineral penting. Langkah itu termasuk mendorong kehadiran diplomatik dan perdagangan di pusat-pusat tambang Afrika. Sebuah laporan dari Institut Perdamaian Amerika Serikat (USIP) yang berbasis di Washington menyampaikan itu dalam sebuah laporannya.
Kelompok ini mengatakan, perubahan diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap kontrol ekspor dan manipulasi pasar oleh lawan-lawan geopolitik.
AS sangat tergantung terhadap impor, untuk berbagai mineral penting yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dan aplikasi lain, seperti kobalt, grafit dan mangan.
“Terutama yang menjadi keprihatinan adalah bahwa AS berada pada atau hampir 100 persen bergantung pada “entitas asing yang menjadi perhatian” terutama Tiongkok, untuk mineral-mineral penting kunci,” kata laporan USIP.
Terlepas berbagai upaya yang dilakukan pemerintahan Biden dan Kongres untuk mendukung perusahaan-perusahaan AS di pasar Afrika, kemajuannya tetap terukur, dengan tidak ada tanda-tanda kompetitor dari negara-negara Teluk dan Tiongkok yang mundur. Laporan USIP merekomendasikan pemerintah AS berinvestasi dalam “diplomasi komersial” di Afrika.
Sebagai contoh, Washington seharusnya memprioritaskan untuk sepenuhnya menyadari keuntungan potensial dari nota kesepahaman yang ditandatangani dengan Republik Demokratik Kongo dan Zambia, setelah KTT Pemimpin AS-Afrika pada Desember 2022 untuk bersama-sama mengembangkan rantai pasok bagi baterai kendaraan listrik.
Kongo memproduksi lebih dari 70 persen kobal dunia, sementara Zambia adalah produsen tembaga keenam terbesar dunia dan produser kobalt kedua terbesar di Afrika.
Laporan USIP juga merekomendasikan agar AS meningkatkan kehadiran secara fisik kantor-kantor diplomatik dan perdagangan di pusat-pusat tambang. Mengingat kedekatan kota Lubumbashi di Kongo dengan mineral penting, dan prioritas tinggi yang diberikan terhadap koridor Lobito di negara itu, USIP menyarankan pembukaan kembali konsulat AS di Lubumbashi, asalkan tingkat keamanannya dapat diterima.
Pada pertengahan 1990-an, AS menutup konsulatnya di Lubumbashi setelah akhir Perang Dingin dan perubahan arah kepentingan dan sumber daya. Lubumbashi adalah ibu kota provinsi yang kaya mineral, Katanga dan kota terbesar kedua di Kongo. Gecamines, perusahaan pertambangan negara milik Kongo, memiliki kantor pusat di kota ini, begitu juga dengan sejumlah perusahaan pertambangan lain.
Rekomendasi kebijakan yang lain termasuk memprioritaskan dan meningkatkan program-proragm USAID yang sudah ada untuk mendukung masyarakat Afrika terkait penegakan hukum dan upaya transparansi pajak, memperbesar keanggotaan Kemitraan Keamanan Mineral dengan memasukkan mitra-mitra Afrika, dan juga membantu negara-negara di Afrika membangun kapasitas teknis di sektor pertambangan.
Diluncurkan pada Juni 2022, Kemitraan Keamanan Mineral (MSP) adalah kerja sama dari 14 negara dan Uni Eropa untuk mengkatalisasi investasi publik dan swasta dalam rantai pasok mineral penting secara bertanggung jawab di tingkat global.
Pejabat-pejabat AS mengatakan, anggota MSP mewakili lebih dari 50 persen Produk Domestik Bruto global dan saat ini menjalankan 23 proyek yang melibatkan ekstraksi dan pemrosesan kobalt, tembaga, gallium, germanium, grafit, litium, mangan, nikel dan unsur-unsur mineral yang langka.
“Kita harus meningkatkan rantai pasok mineral penting kita untuk menghadirkan teknologi bersih lebih cepat, dan dengan lebih efektif,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dalam forum MSP di Leuven, Belgia, awal bulan ini.
“Permintaanya meningkat. Pada 2040, permintaan untuk litium diperkirakan tumbuh lebih dari 40 persen. Permintaan grafit, kobatl, nikel diperkirakan tumbuh 20 sampai 25 kali lipat,” tambah Blinken. [ns/ab]
Paling Populer
1
Forum