Tautan-tautan Akses

AS Catat Hampir 62 Ribu Kasus COVID-19 Dirawat Inap dalam Sehari


Antre kendaraan warga yang ingin menjalani tes COVID-19 di Midwest, Milwaukee, Wisconsin, AS, 2 Oktober 2020. (Foto: dok)
Antre kendaraan warga yang ingin menjalani tes COVID-19 di Midwest, Milwaukee, Wisconsin, AS, 2 Oktober 2020. (Foto: dok)

AS mencatat 61.964 pasien dirawat inap karena COVID-19 pada hari Selasa (10/11). Angka ini memecahkan rekor tertinggi dalam satu hari sejak pertengahan April lalu, dengan selisih lebih dari 2.000 kasus.

Pertambahan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat inap di berbagai penjuru AS menekan kapasitas banyak fasilitas kesehatan, khususnya di beberapa negara bagian di kawasan barat AS. Sejumlah rumah sakit mendirikan tenda-tenda di tempat parkir untuk mengatasi pasien virus corona yang berlimpah, atau terpaksa memindahkan pasien ke rumah sakit di kawasan lainnya.

AS memimpin di dunia dengan catatan lebih dari 10,1 juta kasus COVID-19, termasuk 130.989 kasus baru yang dilaporkan hari Selasa, sebut The COVID-19 Tracking Project. AS melaporkan lebih dari satu juta kasus baru dalam 10 hari pertama November saja, rata-rata lebih dari 110 ribu kasus baru setiap hari.

Sementara pandemi memburuk di berbagai penjuru AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah merevisi pedoman penggunaan masker. Badan kesehatan federal itu Selasa menyatakan bahwa mengenakan masker bukan hanya melindungi orang lain, tetapi juga orang yang mengenakan masker itu sendiri.

CDC mengutip beberapa penelitian yang mengukuhkan bahwa penggunaan “masker secara universal” membantu mengendalikan penyebaran virus. Salah satu penelitian itu melibatkan dua penata rambut yang mengenakan masker sewaktu mengalami gejala-gejala COVID-19. Penelitian itu mendapati bahwa kedua penata rambut itu tidak menularkan virus ke 67 pelanggan mereka yang dihubungi oleh para pelacak kontak.

Di tempat lain di dunia, Iran dan Lebanon telah bergabung bersama negara-negara yang semakin banyak jumlahnya yang telah memberlakukan berbagai restriksi baru untuk mengatasi lonjakan infeksi COVID-19 yang terus terjadi, yang membuat rumah sakit-rumah sakit di negara masing-masing kewalahan.

Iran telah memerintahkan semua restoran dan bisnis nonesensial di Teheran dan kota-kota besar lain untuk tutup mulai pukul 6 setiap malam selama satu bulan. Di Lebanon, PM Hassan Diab telah mengumumkan PSBB satu bulan yang akan dimulai Sabtu mendatang.

Iran telah mencatat lebih dari 700 ribu kasus COVID-19 terkonfirmasi, termasuk 10,339 kasus baru pada hari Selasa (10/11), sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center. Sedangkan Lebanon melaporkan total 96.907 kasus terkonfirmasi, termasuk 749 kematian.

Sementara itu, negara Vanuatu di kawasan Pasifik telah mengumumkan kasus COVID-19 terkonfirmasi pertamanya. Ini mengakhiri status negara itu sebagai satu dari sedikit tempat di dunia yang sebelumnya bebas virus corona.

Otoritas kesehatan menyatakan kasus itu melibatkan seorang warga Vanuatu berusia 23 tahun yang baru pulang dari AS pekan lalu, dan transit di Sydney dan Auckland. Pasien itu kini dalam karantina. Ketika kembali ke Vanuatu, ia tidak menunjukkan gejala, tetapi kemudian hasil tesnya positif pada hari Selasa.

Hong Kong dan Singapura telah mengumumkan rencana untuk memulai “gelembung” perjalanan udara akhir bulan ini yang akan memungkinkan orang-orang dari kedua kota itu dapat saling mengunjungi tanpa masuk karantina. Mulai 22 November, para pengunjung harus memiliki bukti hasil tes negatif virus pada setiap tahap perjalanan mereka.

Kedua kota itu menyatakan penerbangan akan dibatasi hanya satu kali per hari ke masing-masing kota, dengan 200 penumpang per penerbangan. Penerbangan akan ditingkatkan menjadi dua kali sehari mulai 7 Desember. Gelembung ini dihentikan jika salah satu kota tersebut mengalami lonjakan infeksi. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG