Amerika Serikat mengumumkan seperangkat sanksi baru terhadap Rusia, terkait dengan tuduhan bahwa Rusia berupaya meracuni seorang mantan mata-mata Rusia dan putrinya di Inggris.
Departemen Luar Negeri Amerika, Rabu (9/8) mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan sanksi-sanksi tersebut akan diberlakukan terhadap Rusia karena negara itu menggunakan senjata kimia yang merupakan suatu pelanggaran hukum internasional.
Wartawan VOA Zlatica Hoke melaporkan, sanksi-sanksi tersebut diperkirakan akan mulai berlaku dalam dua pekan ini.
Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia, dan putrinya, Yulia, telah pulih dari upaya peracunan dengan gas saraf yang biasa digunakan militer pada Maret lalu. Tetapi tiga bulan kemudian, Novichok, racun yang membuat Skripal dan putrinya sakit parah, menjadi penyebab dua orang lainnya jatuh sakit. Salah seorang di antaranya, Dawn Sturgess meninggal sepekan setelah terpapar racun tersebut. Sedangkan pasangannya, Charlie Rowley, kini telah pulih.
Rowley mengatakan,"Tangan saya berlumuran bahan tersebut, jadi saya bisa beritahukan di sini bahwa itu adalah suatu substansi berminyak dengan bau yang sangat samar. Mereka memeriksanya dan saya benar-benar terkejut sewaktu mereka memberitahukan bahwa itu adalah Novichok.”
Pasangan ini mungkin bukan target peracunan, akan tetapi mereka menyentuh benda-benda terkontaminasi racun itu di kota yang tidak jauh dari Salisbury, kota tempat Skripal dan putrinya diracun.
Perdana Menteri Inggris Theresa May tidak lama setelah itu mendorong dilakukannya investigasi menyeluruh terhadap kedua kasus peracunan tersebut.
''Saya yakin parlemen akan bergabung bersama saya menyampaikan duka cita terdalam kami bagi keluarga dan teman-teman Dawn Sturgess, yang meninggal semalam. Polisi dan aparat keamanan bekerja segera untuk menyusun fakta lengkap dalam apa yang sekarang menjadi suatu investigasi pembunuhan,” kata Theresa May.
Para penyelidik telah mengidentifikasi sedikitnya dua tersangka dalam rekaman video dari sebuah toko di mana pasangan itu mungkin terpapar Novichok. Kedua tersangka itu diduga berada di Rusia.
Inggris telah menuduh Rusia berada di balik serangan tersebut, tuduhan yang ditolak mentah-mentah oleh Kremlin. Akan tetapi Moskow tidak memberi penjelasan apapun mengenai bagaimana racun yang biasa digunakan militer dan dibuat pada era Soviet tersebut bisa keluar Rusia.
Ini juga bukan pertama kalinya seorang mantan agen Rusia diracun di Inggris. Pada tahun 2006, mantan agen dinas rahasia Soviet KGB Alexander Litvinenko tewas akibat keracunan polonium. Hasil penyelidikan Inggris menyimpulkan bahwa pemerintah Rusia berada di balik pembunuhan tersebut.
Inggris juga meminta sekutu-sekutunya untuk mengutuk Moskow yang dituduh melakukan serangan peracunan tersebut.
Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson mengatakan, "Realitas sederhananya adalah Rusia telah melakukan serangan di wilayah Inggris, yang menyebabkan kematian seorang warga Inggris. Ini sesuatu yang menurut saya harus membuat dunia bersatu dengan kami mengutuk serangan tersebut.”
Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengusir banyak diplomat Rusia terkait peracunan dengan gas saraf Novichok. Departemen Luar Negeri Amerika, Rabu (9/8) menyatakan Rusia akan dikenai sanksi karena melanggar hukum internasional terkait penggunaan gas saraf yang mematikan. Sebuah undang-undang Amerika tahun 1991 mengharuskan pelanggaran semacam itu dikenai sanksi. [uh/lt]