Setelah muncul berbagai laporan tentang perdebatan sengit melalui telepon antara kedua pemimpin, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan hari Kamis (2/2) bahwa Presiden AS Donald Trump tidak menutup telepon, dan bahwa Trump berkomitmen untuk memajukan kesepakatan untuk memukimkan sekelompok pengungsi yang dicegat saat berusaha mencapai Australia.
Perjanjian tersebut dibuat di bawah pemerintahan presiden Barack Obama. Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif untuk menangguhkan penerimaan pengungsi ke Amerika Serikat, tapi keppres itu mencantumkan pengecualian untuk perjanjian internasional yang sudah dibuat sebelumnya.
Harian Washington Post melaporkan bahwa Trump mengatakan kepada Turnbull bahwa perjanjian itu adalah "kesepakatan terburuk yang pernah dibuat," dan bahwa Australia sedang berusaha mengekspor "pembom Boston berikutnya."
Gedung Putih mengatakan bahwa sekitar 1.200 pengungsi - sebagian besar dari Afghanistan, Irak dan Iran - akan menjalani "pemeriksaan sangat ketat" sebelum diizinkan masuk. Trump masih terus mengkritik kesepakatan itu lewat pesan Twitter, Rabu malam (1/2).
"Apa Anda percaya? Pemerintahan Obama setuju untuk menerima ribuan imigran ilegal dari Australia. Mengapa? Saya akan mempelajari kesepakatan dungu ini!," tulisnya.
Tak lama setelah itu, Turnbull mengatakan kepada radio 2BG Australia bahwaTrump telah berkomitmen menjalankan kesepakatan itu. [as/ab]