Meningkatnya jumlah korban tewas atau turunnya suhu tidak akan mengubah arah perang Rusia melawan Ukraina, menurut para pejabat senior AS yang bertugas mendukung perjuangan Ukraina melawan pasukan Moskow.
Sejumlah pejabat tersebut, yang berbicara secara anonim kepada awak media pada Rabu (9/10) terkait kondisi di medan perang, mengatakan hanya terjadi sedikit perbuahan di garis depan akibat pertempuran yang berlangsung dalam beberapa minggu terakhir, dan situasi menunjukkan Rusia tidak melakukan perubahan berarti.
"Ini adalah strategi yang saling mengikis," ujar pejabat militer senior AS. "Ini adalah cara berperang Rusia di mana mereka terus menambahkan jumlah pasukan ke medan tempur."
Cara tersebut yang dianggap membuat posisi Ukraina menjadi terdesak harus dibayar mahal oleh militer Rusia, menurut penilaian terbaru yang dilakukan oleh militer AS.
AS memperkirakan pasukan Rusia telah kehilangan 600.000 korban jiwa yang tewas dan terluka, sejak Moskow pertama kali melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Jumlah tersebut, menurut para pejabat AS, melebihi jumlah korban Rusia dalam konflik apa pun sejak Perang Dunia II.
Bulan September merupakan bulan yang sangat merugikan bagi Rusia karena jumlah pasukan mereka yang tewas lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lain dalam perang tersebut, kata para pejabat.
Militer Rusia juga mengalami kerugian dalam bentuk lain.
Para pejabat senior AS memperkirakan, Ukraina telah menghancurkan atau merusak lebih dari 30 kapal Rusia berukuran sedang hingga besar yang ditempatkan di Laut Hitam, sehingga memaksa Rusia memindahkan armada Laut Hitamnya. Ukraina juga diperkirakan telah menghancurkan lebih dari dua pertiga jumlah tank yang dimiliki Rusia sebelum perang.
"Hal itu memaksa militer Rusia menggunakan simpanan persenjataan era Soviet dan memanfaatkan tangki-tangki bahan bakar dari Perang Dunia II,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS.
Selain itu ada serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap depot-depot amunisi Rusia, yang diyakini telah menghancurkan ratusan ribu amunisi buatan Rusia dan Korea Utara.
Para pejabat AS mengatakan kerusakan yang terjadi kemungkinan akan memperlambat pengiriman amunisi dan artileri ke garis depan.
Meski demikian mereka memperingatkan, Kremlin tampaknya tidak tergoyahkan, bahkan ketika lebih banyak korban berjatuhan di pihak Rusia.
Untuk saat ini, para pejabat senior AS menilai bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menghindari mobilisasi pasukan dalam jumlah banyak, seperti yang dilakukan dengan memanggil 300.000 tentara cadangan pada september 2022. Keputusan tersebut diambil karena makin banyaknya jumlah relawan tempur Rusia. Namun, belum jelas berapa lama Putin dapat bertahan untuk tidak menyerukan penambahan pasukan baru di medan tempur. [ps/ab/rs]
Forum