Pada saat Misi Uni Afrika di Somalia (AMISOM) bersiap-siap untuk secara bertahap menarik lebih dari 21.000 tentara yang memerangi kelompok militan, termasuk al-Shabab dan ISIS di Somalia, sebagian pakar khawatir negara itu mungkin tidak siap mengambil alih tugas tersebut. Pasalnya, negara itu tengah menghadapi meningkatnya perpecahan politik dan kurangnya peralatan militer serta pelatihan.
Sebagai bagian dari fase pertama, AMISOM berencana menarik sekitar 1.000 tentara menjelang Februari 2019. Proses penyerahan tanggung jawab kepada tentara nasional Somalia atas beberapa pangkalan yang beroperasi kedepannya, sudah dimulai.
Rencana itu secara bertahap akan menarik semua pasukan AMISOM dari Somalia dan menyerahkan tanggung jawab memimpin keamanan kepada pasukan pemerintah setempat.
Transisi akan dilaksanakan berdasarkan kondisi di lapangan dan kesiapan Pasukan Keamanan Nasional Somalia (SNFS), kata pejabat AMISOM.
Pada pertemuan di Nairobi, Kenya, akhir Agustus lalu, komite koordinasi operasi militer AMISOM mendesak para komandannya untuk menilai kesiapan operasional tentara nasional Somalia.
Tetapi beberapa pakar menuduh batas waktu tersebut sulit untuk diikuti dan membutuhkan proses yang lebih lama bagi AMISOM untuk mundur dari Somalia.
"Saya akan terkejut jika batas waktu ini diterapkan," kata Omar Mahmoodanalis Somalia dari Lembaga Studi Keamanan Afrika Selatan, kepada VOA.
"Saya kira prosesnya akan jauh lebih lama daripada apa yang dibayangkan orang-orang saat ini," kata Mahmoodanalis menambahkan. [my]