Malaysia seolah lahir kembali. Begitulah yang dirasakan sebagian besar rakyat Malaysia setelah koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan bekas Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim berhasil memenangkan pemilihan umum 9 Mei lalu.
Kemenangan Mahathir dan Anwar ini amat bersejarah karena untuk pertama kalinya sejak Malaysia berdiri pada 1957, rezim UMNO (Organisasi Bangsa Melayu Bersatu) – yang saat ini dipimpin Najib Razak – berhasil digulingkan dari kekuasaannya.
Perubahan ini sangat menguntungkan Anwar. Mantan mentor sekaligus bekas musuh bebuyutannya, Mahathir Mohamad, merupakan orang yang pertama menjebloskan dirinya ke penjara atas tuduhan korupsi dan sodomi, dan sekaligus menjadi orang yang membebaskan dirinya setelah meminta pengampunan kepada raja Malaysia. Anwar pun akhirnya dibebaskan Rabu lalu (13/5).
Kepada wartawan di Jakarta, Anwar mengatakan sebenarnya ia belum berniat ke luar negeri dalam waktu dekat, namun karena diundang mantan presiden B.J. Habibie, ia tidak kuasa menolak. Pendiri Partai Keadilan Rakyat ini pun terbang ke Jakarta dan menemui Habibie di rumahnya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Minggu (20/5).
Keduanya melakukan pertemuan selama sekitar satu jam sebelum menggelar jumpa pers bersama. Dalam kesempatan itu Anwar membantah tudingan bahwa kedekatannya kembali dengan Mahathir karena kepentingan politik yang sama untuk menumbangkan Najib Razak.
"Tetapi untuk melaksana, menterjemahkan agenda secara spesifik badan kehakiman yang bebas dan adil, media yang bebas, dan program ekonomi yang akan mengurangkan kesenjangan dan menghapus kemiskinan," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai penyelidikan yang tengah dilakukan terhadap mantan perdana menteri Najib Razak, Anwar telah berpesan kepada Mahathir agar prosesnya harus berjalan sesuai hukum berlaku dan bebas dari intervensi penguasa.
Baca juga: Resmi Bebas, Anwar Ibrahim Tegaskan Dukungan bagi PM Mahathir
Ketika bertemu raja Malaysia sehabis bebas dari penjara, Anwar mengatakan Yang Dipertuan Agung pun mengakui sistem hukum di Malaysia korup dan Anwar adalah salah satu korban yang dizalimi. Karena itu, lanjut Anwar, salah satu upaya reformasi hukum di Malaysia adalah dengan mengganti orang-orang yang memiliki rekam jejak buruk dengan orang-orang yang bersih dan bebas dari korupsi.
Selain itu, menurut Anwar, pemerintahan Mahathir juga harus memilih menteri-menteri yang memang berkomitmen pada reformasi untuk menjadikan Malaysia nantinya lebih baik. Dia meyakini pemerintahan Mahathir berada di jalur yang benar untuk melaksanakan program reformasi di Malaysia.
Anwar menambahkan untuk saat ini dirinya tidak mengincar jabatan dalam pemerintahan. Ia ingin sementara ini menjadi warga negara biasa, yang bebas berbicara, dan dapat ikut mengawal pemerintahan baru pimpinan Perdana Menteri Mahathir supaya melaksanakan agenda perubahan yang telah disepakati.
Baca juga: Kabinet Baru Malaysia Berisi Politisi, Pengacara dan Dosen
Mantan presiden B.J. Habibie mengatakan dirinya dan Anwar sudah seperti keluarga dan hubungan mereka sangat erat. Ia selalu menganggap dirinya sebagai abang Anwar Ibrahim.
Pada kesempatan itu, Habibie juga berbicara mengenai reformasi di Indonesia yang sudah berjalan selama dua dasawarsa, setelah mundurnya Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Ia mengakui sejelek-jeleknya pemerintahan yang ada selama ini di Indonesia, ada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Kita mengandalkan kepada sumber daya manusia tapi sumber daya manusia yang kita andalkan itu harus memiliki kemampuan bersaing dengan siapa saja secara fair," ujar Habibie.
Anwar mengakui sangat terkesan dengan pengalaman reformasi di Indonesia, yang menurutnya dapat menjadi pelajaran bagi Malaysia. Meskipun demikian ia tidak menampik adanya hal-hal buruk yang belum dapat diberantas di Indonesia dan sedianya tidak dicontoh oleh Malaysia, antara lain soal korupsi, kesenjangan, dan kemiskinan. [fw/em]