Indonesia hingga saat ini belum ditemukan kasus virus corona meski virus mematikan tersebut sudah menyebar ke 21 negara di dunia dan memakan korban jiwa mencapai 213 orang di China. Hingga saat ini belum jelas sumber virus itu, apakah berasal dari satwa atau binatang liar.
Dugaan awal berasal dari kelelawar dan ular yang dijual di pasar satwa liar di Wuhan, China. Satwa tersebut dijadikan bahan kuliner yang diminati warga di sana. Pakar penyakit infeksi pernafasan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret UNS Solo, Dokter Reviono, Spesialis Paru, mengatakan jenis virus baru ini masih belum terbukti berasal dari satwa jenis apa. Menurut Reviono, yang pernah menjadi tim antisipasi virus Flu Burung, virus corona ini masih diteliti secara ilmiah.
"Reservoir virus corona itu kan selama ini diduga dari kelelawar, terus berkembang lagi dari ular. Ternyata ular itu memakan kelelawar. Itu dugaan n-Cov asalnya, hewan itu jadi tempat tumbuhnya corona virus. Beda dengan avian influenza, jelas sumbernya dari unggas. Ya di Indonesia tetap ya harus waspada, meski penyebaran virus dari orang ke orang belum ditemukan kasusnya, apalagi Indonesia kan banyak kuliner ekstrem dan pasar satwa liar tetap harus ada kewaspadaan," jelasnya.
Beberapa satwa yang menjadi sumber virus antara lain unta untuk Middle East Respiratory Syndrome (MERS), musang untuk SARS-CoV, kelelawar untuk SARS-CoV, dan unggas untuk avian influenza.
Di Indonesia masih ditemukan sejumlah daerah yang memiliki kuliner ekstrem yang berasal dari berbagai satwa, misalnya kuliner kelelawar bacem di Gunung Kidul, Yogyakarta, paniki (kelelawar), kucing, tikus, anjing, dan monyet hitam di pasar Tomohon, Sulawesi. Solo juga memilliki pangsa pasar kuliner daging anjing dan ular kobra. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sempat menyinggung keberadaan kuliner ekstrem di wilayahnya tersebut. Pemerintah Jawa Tengah mengawasi ketat kuliner ekstrem tersebut, apalagi saat ini dunia sedang heboh dengan penyebaran virus corona yang mematikan.
Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, Jumat (31/1) menegaskan dinas terkait sudah mengantisipasi kekhawatiran Gubernur Ganjar tersebut. Menurut Rudy, tak hanya kuliner ekstrim berbahan daging anjing, pemkot juga mengawasi penjualan satwa liar di salah satu pasar hewan di Solo.
"Dinas pertanian, peternakan kan selalu memantau peredaran satwa dan tingkat kesehatan menu kuliner ekstrem itu. Saya tidak perlu khawatir untuk penyebaran virus corona itu, tetapi kita harus waspada," kata Rudy.
Penyebaran virus corona memicu berbagai rumah sakit di Jawa Tengah menggelar simulasi penanganan pasien virus mematikan tersebut.
Rumah Sakit Dr.Moewardi Solo menggelar simulasi penanganan kasus pasien virus corona, Jumat (31/1). Ketua Tim Medis tindakan penyakit infeksi saluran pernapasan RS Dr.Moewardi Solo, Dokter Harsini Spesialis Paru, mengatakan simulasi dimulai ketika pasien tiba di instalasi gawat darurat hingga perawatan ke ruang isolasi. Menurut Harsini, simulasi ini untuk melatih tim medis dalam menangani kasus tersebut.
"Simulasi di Rumah sakit ini bentuk respon kami pada antisipasi virus corona N-CoV 2019 yang saat ini merebak. Kami siap menerima pasien terduga virus corona dari manapun.Simulasi ini dimulai dari IGD, pasien datang sendiri diantar keluarga dan langsung diterima dan diperiksa tim medis yang bertugas. Setelah ada dugaan atau suspect virus corona, tim medis juga melihat pasien ini sebelumnya baru saja dari China. Kemudian, pasien itu kita bawa ke ruang isolasi dengan perawatan khusus," jelasnya.
Sebelumnya, sejumlah rumah sakit di Jawa Tengah melakukan simulasi yang sama di antaranya RS Kariadi Semarang. Dalam simulasi ini seluruh tim medis menggunakan peralatan dan perlengkapan antara lain pakaian khusus yang tertutup rapat dari rambut hingga ujung kaki. Mereka juga memakai masker khusus dan kacamata khusus. [ys/lt]