Uni Afrika mengatakan kematian ibu telah berkurang lebih dari 40 persen sejak 1990, sementara kematian anak turun 33 persen. Namun demikian, Uni Afrika mengatakan 57 persen kematian ibu secara global terjadi di Afrika, demikian pula separuh dari kematian anak balita di seluruh dunia. Terlebih lagi, Uni Afrika mengatakan Afrika memiliki sebagian besar kematian anak karena malaria dan HIV/AIDS, serta pneumonia dan diare.
Uni Afrika mengatakan penyebab kematian itu seharusnya dapat dicegah. Karena itulah mereka menetapkan tema konferensi tiga hari itu sebagai “Seruan Untuk Bertindak."
Dana Kependudukan PBB telah mengumumkan inisiatif baru untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi bagi 45 juta remaja perempuan. Direktur Eksekutif Dr Babatunde Osotimehin berbicara tentang inisiatif itu dari Johannesburg.
"Tujuh puluh persen warga Afrika berusia kurang dari 30 tahun," ujarnya. "Jadi, kita harus memastikan agar setiap kehidupan dan setiap pemuda memiliki akses pada kesehatan dan pendidikan yang memungkinkan mereka untuk mencapai potensi penuh."
Diperkirakan pada tahun 2030, hampir 25 persen remaja perempuan akan tinggal di Afrika. Dana Kependudukan PBB mengatakan setiap tahunnya lebih dari tujuh juta anak perempuan di bawah usia 18 tahun melahirkan.
"Kami mendapati bahwa di 46 negara Afrika yang kita pelajari: tingkat kehamilan remaja sangat tinggi dan kematian remaja karena aborsi yang tidak aman juga sangat tinggi," katanya.
Dr Osotimehin mengatakan keluarga berencana adalah bagian besar dari strategi Dana Kependudukan PBB. "Dalam konteks untuk menyelamatkan nyawa ibu, yang meninggal sewaktu melahirkan, keluarga berencana adalah intervensi yang sangat penting. Keluarga berencana menghemat 30 persen kehidupan ibu. Ketika mereka memiliki perencanaan keluarga, mereka membuat pilihan. Mereka memiliki anak lebih sedikit," paparnya.
Masa depan Afrika, katanya, akan sangat tergantung pada pendidikan generasi muda.
"Pendidikan adalah intervensi terbaik yang dapat kita berikan di negara manapun, terutama pendidikan anak-anak perempuan," tandas Dr Osotimehin. "Sekarang kita tahu bahwa dengan pendidikan anak perempuan, kematian ibu berkurang. Kematian anak juga berkurang. Pendidikan sampai melebihi usia 18 tahun sebenarnya mendorong pembangunan ekonomi."
Dr Osotimehin mengatakan gadis berpendidikan dan sehat lebih mungkin menunda kehamilan, memiliki anak yang lebih sehat, dan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Dia mengatakan "dampak pemberdayaan perempuan sekarang ini akan dirasakan oleh generasi mendatang."
Uni Afrika mengatakan penyebab kematian itu seharusnya dapat dicegah. Karena itulah mereka menetapkan tema konferensi tiga hari itu sebagai “Seruan Untuk Bertindak."
Dana Kependudukan PBB telah mengumumkan inisiatif baru untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi bagi 45 juta remaja perempuan. Direktur Eksekutif Dr Babatunde Osotimehin berbicara tentang inisiatif itu dari Johannesburg.
"Tujuh puluh persen warga Afrika berusia kurang dari 30 tahun," ujarnya. "Jadi, kita harus memastikan agar setiap kehidupan dan setiap pemuda memiliki akses pada kesehatan dan pendidikan yang memungkinkan mereka untuk mencapai potensi penuh."
Diperkirakan pada tahun 2030, hampir 25 persen remaja perempuan akan tinggal di Afrika. Dana Kependudukan PBB mengatakan setiap tahunnya lebih dari tujuh juta anak perempuan di bawah usia 18 tahun melahirkan.
"Kami mendapati bahwa di 46 negara Afrika yang kita pelajari: tingkat kehamilan remaja sangat tinggi dan kematian remaja karena aborsi yang tidak aman juga sangat tinggi," katanya.
Dr Osotimehin mengatakan keluarga berencana adalah bagian besar dari strategi Dana Kependudukan PBB. "Dalam konteks untuk menyelamatkan nyawa ibu, yang meninggal sewaktu melahirkan, keluarga berencana adalah intervensi yang sangat penting. Keluarga berencana menghemat 30 persen kehidupan ibu. Ketika mereka memiliki perencanaan keluarga, mereka membuat pilihan. Mereka memiliki anak lebih sedikit," paparnya.
Masa depan Afrika, katanya, akan sangat tergantung pada pendidikan generasi muda.
"Pendidikan adalah intervensi terbaik yang dapat kita berikan di negara manapun, terutama pendidikan anak-anak perempuan," tandas Dr Osotimehin. "Sekarang kita tahu bahwa dengan pendidikan anak perempuan, kematian ibu berkurang. Kematian anak juga berkurang. Pendidikan sampai melebihi usia 18 tahun sebenarnya mendorong pembangunan ekonomi."
Dr Osotimehin mengatakan gadis berpendidikan dan sehat lebih mungkin menunda kehamilan, memiliki anak yang lebih sehat, dan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Dia mengatakan "dampak pemberdayaan perempuan sekarang ini akan dirasakan oleh generasi mendatang."