Mahkamah Konstitusi Thailand, pada Rabu (12/7), mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan untuk menskors pemimpin Move Forward Party, Pita Limjaroenrat, sebagai anggota parlemen sehari menjelang pemungutan suara parlemen di mana tokoh muda reformis itu menjadi unggulan untuk meraih kursi perdana menteri.
Keputusan itu disampaikan setelah adanya pengaduan kepada Komisi Pemilu Thailand bahwa Pita tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen karena di masa lalu memiliki saham di sebuah perusahaan media, yang melanggar peraturan pemilu.
Merujuk pada bukti itu, komisi tersebut pada hari Rabu merekomendasikan agar Pita didiskualifikasi. Jika ia diadili dan dihukum atas tuduhan itu, maka Pita dapat dilarang aktif dalam dunia politik dan berpotensi menghadapai hukuman penjara.
Move Forward Party menyebut keputusan itu melanggar hukum, dan mengklaim bahwa Pita tidak diminta untuk memberikan lebih banyak bukti atau diberi kesempatan untuk membela diri.
Berdasarkan aturan pemilu di Thailand, seorang kandidat dilarang menjadi pemilik atau pemegang saham sebuah perusahaan media. Pita, 42, mengaku pernah memiliki saham di Independent Television (iTV), yang ia warisi dari ayahnya. Namun, ia telah mengalihkan kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut. Televisi itu sendiri telah ditutup pada tahun 2007.
Di bawah aturan pemilu Thailand, anggota parlemen yang ditangguhkan masih dapat mencalonkan diri lagi sebagai perdana menteri.
Puluhan pendukung Move Forward Party melangsungkan demontrasi di pusat Kota Bangkok. Sebagian dari mereka mengenakan rompi berwarna oranye dan memberi salam hormat tiga jari.
Aktivis Arnon Nampa, yang sedang menghadapi tuntutan pidana karena menyerukan reformasi monarki, mengatakan kepada massa bahwa salam hormat tiga jari itu adalah simbol perubahan, dan bahwa jika Pita dan Move Forward Party gagal dipilih oleh parlemen, maka aksi jalanan akan kembali mengguncang Thailand pada minggu depan.
Thailand pada tahun 2020 dan 2021 diguncang aksi protes anti-pemerintah dan reformasi monarki, yang sebagian besar dipimpin oleh anak-anak muda. Bentrokan dengan polisi kerap terjadi dan ratusan pengunjukrasa ditangkap.
Move Forward Party mendesak para pendukungnya untuk mengenakan pakaian berwarna oranye dan berkumpul di depan parlemen pada hari Kamis (13/7) ketika Majelis Nasional dijadwalkan memilih perdana menteri baru. [em/rs]
Forum