Tautan-tautan Akses

Analis: Perang Dagang Rugikan Semua Pihak


Suasana sebuah hypermarket di Beijing, China, yang menjual beragam merek televisi, 11 Juli 2018. (Foto: dok).
Suasana sebuah hypermarket di Beijing, China, yang menjual beragam merek televisi, 11 Juli 2018. (Foto: dok).

Tarif yang diberlakukan terhadap barang-barang impor dari China, Eropa, dan berbagai belahan dunia lainnya bisa lebih merugikan ketimbang menguntungkan konsumen dan usaha-usaha kecil AS. Tarif yang yang diberlakukan terhadap suku-suku cadang elektronik dari China telah memaksa sebuah pabrik televisi di AS tutup dan ada kekhawatiran bahwa para petani Amerika akan kehilangan pasar yang besar karena tarif tandingan yang diberlakukan terhadap produk-produk pertanian AS.

Tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap suku-suku cadang televisi dari China telah memaksa perusahaan perakitan televisi Amerika menutup pabriknya. Element Electronics di Fairfield, South Carolina, mengumumkan akan menutup pabriknya dua bulan lagi, dan memecat 126 dari 136 pegawainya.

Mike Fanning, senator negara bagian South Carolina mengatakan, "Sungguh sebuah ironi bahwa sebuah kebijakan yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan Amerika berakibat sebaliknya. Pemutusan hubungan kerja pertama di negara ini berlangsung di Fairfield, di sebuah pabrik TV buatan Amerika.”

Para analis mengatakan unit-unit usaha kecil seperti pabrik TV di South Carolina rentan terhadap tarif karena mereka sering mengimpor suku cadang untuk produk mereka dari negara-negara asing.

Roy Wehrle, pensiunan guru besar di Universitas Illinois, Springfield, mengatakan, "Banyak negara tidak memproduksi barang sepenuhnya. Mereka hanya memproduksi bagian-bagian tertentu dari sebuah produk, dan mengimpor bagian-bagian lainnya. Dengan tarif, kita memutus hubungan-hubungan itu. Semua itu memecah pola perdagangan dunia."

China memberlakukan tarif 25 persen terhadap produk Amerika yang bernilai total 34 miliar dolar, termasuk kedelai. Padahal, China adalah pasar terbesar kedelai AS. Pemerintahan Trump mengatakan akan menyediakan bantuan darurat senilai hingga 12 milair dolar untuk para petani yang dirugikan oleh perang dagang. Namun, sejumlah analis mengatakan, ini tidak akan membantu mereka dalam jangka panjang.

John L. Rogers, pakar manajemen dari Universitas Northwestern di Illinois, mengungkapkan, "Para petani Amerika akan menghadapi situasi yang memburuk jika China mengalihkan pembeliannya kedelainya ke Brazil, Argentina, atau negara lain.”

Pemerintah AS juga melakukan perang dagang dengan sekutu-sekutunya. Yang terbaru, AS memberlakukan tarif terhadap logam impor dari Turki.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, negara-negara lain mengambil keuntungan dari AS, dan ia ingin perdagangan yang lebih adil. Ia juga ingin mempertahankan kerja perpabrikan di dalam negeri. Namun para analis mengatakan, sejumlah tren ekonomi tidak dapat dibalik.

Wehrle mengatakan,"Teknologi berubah dan perusahaan-perusahaan bergerak ke tempat-tempat di mana tenaga kerja bisa diperoleh lebih murah, seperti di China, Malaysia dan Nepal. Hukum ekonomi berlaku dan terus berlaku. Pemerintah manapun tidak bisa menghalanginya.”

Untuk saat ini, pertumbuhan ekonomi AS menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru, dan tingkat pengangguran menurun hingga di bawah empat persen, meski gaji tidak meningkat dengan laju yang sama. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG