Tautan-tautan Akses

Amerika Serikat Semakin Tertarik, Pemilu Greenland Uji Ambisi Kemerdekaan


Petugas pemilu menunjukkan kotak suara kosong sebelum pelaksanaan pemungutan suara pertama untuk pemilihan anggota parlemen di Godthaabshallen, Nuuk, Greenland, 11 Maret 2025. (Ritzau Scanpix/Mads Claus Rasmussen via Reuters)
Petugas pemilu menunjukkan kotak suara kosong sebelum pelaksanaan pemungutan suara pertama untuk pemilihan anggota parlemen di Godthaabshallen, Nuuk, Greenland, 11 Maret 2025. (Ritzau Scanpix/Mads Claus Rasmussen via Reuters)

Warga Greenland memberikan suaranya, Selasa (11/3) dalam sebuah pemilu yang sangat diperhatikan dunia internasional. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat menyatakan keinginannya untuk menguasai pulau kaya mineral tersebut.

Sejak menjabat pada Januari, Trump bertekad menjadikan Greenland, sebuah wilayah otonom Denmark, bagian dari Amerika Serikat; dengan alasan pulau ini penting bagi kepentingan keamanan Amerika Serikat.

Pulau dengan penduduk hanya 57.000 jiwa ini masuk dalam perebutan pengaruh di kawasan Arktik. Mencairnya es di kawasan itu telah membuka akses lebih luas pada sumber daya alam serta jalur pelayaran baru. Rusia dan China juga meningkatkan aktivitas militer di wilayah tersebut.

Greenland, bekas koloni yang menjadi wilayah Denmark sejak 1953, memiliki luas tiga kali lipat negara bagian Texas. Sejak 1979, Greenland memperoleh otonomi terbatas ketika parlemen pertamanya terbentuk.

Namun, Kopenhagen tetap mengendalikan urusan luar negeri, pertahanan, dan kebijakan moneter, serta memberikan suntikan dana hampir 1 miliar dolar Amerika Serikat per tahun untuk perekonomian lokal.

Petugas mempersiapkan spanduk kampanye pemilu di luar tempat pemungutan suara pada hari pelaksanaan pemilihan umum di Nuuk, Greenland, 11 Maret 2025. (Marko Djurica/REUTERS)
Petugas mempersiapkan spanduk kampanye pemilu di luar tempat pemungutan suara pada hari pelaksanaan pemilihan umum di Nuuk, Greenland, 11 Maret 2025. (Marko Djurica/REUTERS)

Pada 2009, Greenland mendapatkan hak untuk mendeklarasikan kemerdekaan penuh melalui referendum, meski hingga kini belum melakukannya lantaran kekhawatiran bahwa taraf hidup akan menurun tanpa dukungan ekonomi Denmark.

Namun, minat Trump yang besar telah mengubah status quo dan, didorong pula oleh rasa bangga masyarakat adat terhadap budaya Inuit mereka, isu kemerdekaan kini menjadi sorotan utama dalam pemilu ini. “Pertanyaan soal kemerdekaan semakin menguat setelah pernyataan Trump,” ujar Masaana Egede, redaktur surat kabar lokal, Sermitsiaq. “Hal ini seakan menutupi persoalan sehari-hari.”

Tempat pemungutan suara dibuka selama 11 jam pada hari Selasa dan hasil akhir diperkirakan akan diumumkan Rabu (12/3). Tidak akan ada jajak pendapat atau exit poll.

Sebuah survei pada Januari menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Greenland mendukung kemerdekaan, tetapi pendapat mereka terbagi soal waktu yang tepat serta dampaknya terhadap standar hidup.

Kantor berita Reuters mewawancarai puluhan warga Greenland di ibu kota Nuuk, dan semua menyatakan dukungan pada kemerdekaan, meskipun banyak yang khawatir transisi terlalu cepat bisa merugikan perekonomian dan menggoyahkan sistem kesejahteraan ala Nordik, seperti layanan kesehatan universal dan pendidikan gratis.

Perdana Menteri Greenland Mute Bourup Egede memasukkan surat suaranya ke dalam kotak suara dalam pemilihan parlemen di Nuuk, Greenland, Selasa, 11 Maret 2025. (Evgeniy Maloletka/AP)
Perdana Menteri Greenland Mute Bourup Egede memasukkan surat suaranya ke dalam kotak suara dalam pemilihan parlemen di Nuuk, Greenland, Selasa, 11 Maret 2025. (Evgeniy Maloletka/AP)

Pulau ini memiliki sumber daya alam yang cukup besar, termasuk mineral-mineral penting seperti logam tanah jarang (rare earths) yang banyak digunakan di industri teknologi tinggi – mulai dari kendaraan listrik, hingga sistem persenjataan rudal.

Kendati demikian, pengelolaan sumber daya Greenland berjalan lambat karena kekhawatiran soal lingkungan, cuaca ekstrem, serta kendali hampir menyeluruh China di sektor tersebut. Hal ini pun menyulitkan perusahaan dari negara lain untuk mendapat keuntungan atau pembeli potensial.

Janji Investasi

Trump pada awalnya enggan menutup opsi penggunaan kekuatan militer, membuat banyak warga Greenland cemas. Namun, ia kemudian melunakkan pendiriannya, menyatakan akan menghormati kehendak rakyat setempat dan siap “menginvestasikan miliaran dolar” jika mereka bergabung dengan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Greenland Mute Egede menegaskan bahwa pulau ini tidak dijual dan mendorong pembentukan pemerintahan koalisi luas untuk menahan tekanan pihak eksternal. Dalam wawancara dengan stasiun penyiaran Denmark, DR, pada Senin (10/3), ia menyebut tawaran Trump tidak menghormati kedaulatan Greenland dan menegaskan niatnya untuk bekerja sama dengan negara lain.

Seluruh enam partai utama, termasuk Inuit Ataqatigiit yang berkuasa dan mitra koalisinya Siumut, mendukung kemerdekaan, tetapi memiliki pandangan berbeda tentang langkah dan waktu yang tepat untuk mencapainya.

Partai pro-kemerdekaan Naleraq, yang menjadi kekuatan oposisi terbesar, meraih momentum menjelang pemilu berkat sorotan dari minat Amerika Serikat serta dugaan baru bahwa Denmark selama ini mengeksploitasi kekayaan mineral Greenland. “Ini adalah pemilu kemerdekaan bagi kami,” ujar Qunanuk Olsen, kandidat dari Partai Naleraq.

Partai tersebut percaya bahwa ketertarikan Amerika Serikat memperkuat posisi Greenland dalam negosiasi pemisahan diri dengan Denmark, dengan target kesepakatan dengan Kopenhagen bisa dibawa ke pemungutan suara sebelum pemilu berikutnya dalam empat tahun mendatang. [th/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG