Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio bertolak ke Jeddah, Arab Saudi, Minggu (9/3), untuk menghadiri perundingan dengan delegasi Ukraina.
Menurut pernyataan resmi, perundingan itu bertujuan untuk “memajukan tujuan Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.”
Pertemuan itu dilakukan beberapa hari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengirim surat rekonsiliasi kepada Presiden Trump, menyusul pertemuan mereka yang berakhir dengan perdebatan panas di Gedung Putih pada 28 Februari lalu.
Pada Jumat (7/3), Trump menanggapi status negosiasi damai itu. “Saya rasa perundingan kita dengan Rusia berjalan sangat baik. Akan tetapi, saat ini mereka membombardir Ukraina habis-habisan, dan, jujur saja, saya merasa lebih sulit berurusan dengan Ukraina, dan mereka tidak dalam posisi yang menguntungkan.”
Sebagai bentuk tekanan untuk menarik kedua pihak ke meja perundingan, Trump telah menangguhkan bantuan militer ke Ukraina dan berhenti membagikan informasi intelijen dengan Kyiv untuk sementara waktu, sambil mengancam penjatuhan sanksi dan tarif kepada Rusia.
Pengamat mengatakan, kesepakatan damai itu hal yang penting bagi Trump secara politik.
William Pomeranz, yang diwawancara melalui Zoom, adalah peneliti senior Kennan Institute. “Ia pada dasarnya mempertaruhkan masa jabatannya sebagai presiden bahwa kesepakatan akan tercapai. Dan saya tidak tahu, ada begitu banyak pemain yang bergerak dalam negosiasi-negosiasi ini, baik Rusia, Ukraina, Uni Eropa…,” sebutnya.
Menjelang perundingan Amerika Serikat-Ukraina di Jeddah, yang diperkirakan akan berlangsung hingga 12 Maret, para pendukung Ukraina berunjuk rasa di Washington, Sabtu (8/3), sementara para pejabat Ukraina mengecam rentetan serangan Rusia ke sejumlah target Ukraina di Donetsk selama akhir pekan. [rd/jm]
Forum