Amerika Serikat mengutuk pembunuhan dan kekejaman yang dilakukan oleh Negara Islam atau ISIS dalam kampanye teror di Irak.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika mengomentari laporan baru PBB yang mengatakan hampir 19.000 warga sipil tewas di Irak antara awal tahun 2014 dan akhir tahun 2015, dan lebih dari tiga juta orang mengungsi akibat kekerasan. Kelompok teroris itu juga dikatakan telah memaksa sekitar 3.500 perempuan menjadi budak seks.
Para pejabat PBB menyebut angka kematian serta jumlah pengungsi di Irak itu "mengejutkan," tetapi mereka mengatakan situasi sebenarnya bisa jauh lebih buruk. Angka-angka itu didasarkan pada informasi dari korban dan saksi, tetapi banyak kekejaman tidak bisa didokumentasikan.
“ISIS secara khusus telah menggunakan metode yang paling mengerikan untuk mengeksekusi orang, dengan melindas mereka dengan buldoser, dengan membakar mereka hidup-hidup. Dalam satu kasus, orang-orang dimasukkan ke dalam kerangkeng besi yang kemudian dilemparkan ke dalam air. Orang-orang dibunuh karena alasan yang paling tidak jelas. Misalnya, seorang imam dibunuh karena tidak bersembahyang dengan benar. Ada anak-anak yang diculik oleh ISIS. Kami telah mendokumentasikan sekitar 800 anak yang diculik dan kemudian dipaksa ikut berperang, ditempatkan di sekolah-sekolah agama atau dikirim langsung ke garis depan pertempuran,” kata juru bicara PBB Ravina Shamdasani.
Kekerasan tidak selalu berakhir setelah suatu daerah direbut kembali dari ISIS.
“Kami juga telah mendokumentasikan berbagai pelanggaran oleh pasukan pro-pemerintah. Dalam beberapa kasus, ketika orang-orang melarikan diri dari daerah yang diduduki ISIS, mereka kemudian ditangkap atau diusir oleh pasukan keamanan,” imbuhnya.
Amerika Serikat belum bisa segera mengukuhkan jumlah korban tewas dalam laporan tersebut, namun seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika hari Selasa mengatakan kekejaman ISIS bukan rahasia lagi.
“Parahnya kebobrokan ISIS ini telah didokumentasikan dengan baik, dan laporan ini terus menunjukkan metode mengerikan yang telah digunakan oleh ISIS dalam kampanye teror,” kata John Kirby.
Hari Selasa (19/1) Jepang mengumumkan rencana mengirim bantuan tambahan untuk membantu para pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan di Irak dan Suriah.
“Selain bantuan senilai $810 juta yang telah kami keluarkan untuk pengungsi serta warga yang telantar di dalam negeri di Suriah dan Irak, dan untuk negara-negara tetangga, saya ingin mengumumkan rencana memberikan bantuan tambahan $350 juta seraya menunggu persetujuan anggaran yang diperlukan,” kata Fumio Kishida, Meteri Luara Negeri Jepang.
Ribuan pengungsi lainnya yang melarikan diri dari kekerasan di Irak, Suriah dan negara-negara lain kini tanpa tempat tinggal di suhu beku selagi melintasi negara-negara Balkan dalam perjalanan ke Eropa Barat. [uh]