Tautan-tautan Akses

Akibat Konflik Bersenjata, 661.000 Orang Mengungsi Di Tengah Pandemi


Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong, Ukhia, 15 Mei 2020. (Foto: dok).
Pengungsi Rohingya di kamp pengungsi Kutupalong, Ukhia, 15 Mei 2020. (Foto: dok).

Sebuah kelompok bantuan internasional mengatakan, Jumat (22/5), sekitar 661.000 orang di 19 negara terpaksa mengungsi karena konflik bersenjata dalam dua bulan sejak sekjen PBB menyerukan gencatan senjata global untuk membantu memerangi wabah virus corona.

Pengungsian besar-besaran ini menyulitkan usaha untuk menghentikan wabah dan merupakan kegagalan diplomasi internasional, kata Jan Egeland, Ketua Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), lembaga yang melakukan perhitungan terhadap para pengungsi baru itu.

Dewan Keamanan PBB “tidak menunjukkan dukungan terhadap seruan Sekjen PBB untuk mengusahakan gencatan senjata global demi mengatasi wabah virus corona,” kata Egeland kepada Associated Press, seraya menyalahkan perselisihan pendapat yang terjadi antara sesama anggota dewan tersebut sebagai penyebabnya.

Ketua Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), Jan Egeland di Jenewa, Swiss. (Foto: dok).
Ketua Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), Jan Egeland di Jenewa, Swiss. (Foto: dok).

Ia menyarankan agar Dewan Keamanan dan negara-negara anggota PBB meningkatkan tekanan terhadap kelompok-kelompok bersenjata, termasuk dengan cara menghentikan dukungan finansial dan bantuan senjata.

Kelompok-kelompok bersenjata juga harus disadarkan bahwa pengungsian yang terjadi meningkatkan risiko mereka terpapar virus corona, katanya.

Dalam laporannya, NRC mengatakan sejak 23 Maret hingga 15 Mei, 480.000 orang terpaksa mengungsi di Republik Demokratik Kongo, sementara 148.000 lainnya meninggalkan rumah-rumah mereka di Yaman, Chad, Nigeria, Afghanistan, Republik Afrika Tengah, Suriah, Somalia dan Myanmar. Pengungsian dalam jumlah lebih kecil akibat konflik bersenjata juga terjadi di banyak negara lain. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG