Maskapai penerbangan murah Malaysia, AirAsia X Bhd, mengatakan telah mengusulkan restrukturisasi utang sebesar $ 15,3 miliar (Rp 226,44 triliun) dan mengurangi modal sahamnya hingga 90 persen untuk terus dapat beroperasi.
Reuters mengutip AirAsia melaporkan, Rabu (7/10), potensi likudasi bisa saja terjadi karena dipicu oleh kendala likuiditas yang parah, tidak terlihatnya maskapai dapat kembali normal, dan kelalaian komitmen kontrak yang akan datang.
Korporasi mengatakan, Selasa (6/10), prasyarat untuk meningkatkan ekuitas dan utang baru adalah dengan melakukan restrukturisasi utang seluruh grup dan negosiasi ulang kewajiban keuangan, serta memperbarui model bisnisnya. Hal tersebut dibutuhkan agar AirAsia dapat memulai kembali operasi maskapai penerbangan.
Pandemi Covid-19 telah memukul telak bisnis AirAsia ketika beberapa negara memberlakukan kebijakan lockdown. Hal ini membuat sebagian besar pesawatnya tidak dapat terbang selama berbulan-bulan. AirAsia berusaha merenegosiasi utangnya sebesar $ 15,3 miliar (63.5 miliar ringgit) dengan sebagian nilai utang tersebut dihapuskan.
AirAsia juga mengusulkan pengurangan modal ditempatkan sebesar 90 persen dan mengkonsolidasikan setiap 10 saham biasa yang ada menjadi satu saham.
AirAsia mengatakan rencana bisnis yang direvisi berpengaruh pada perubahan jaringan rute, ukuran armada, basis biaya dan tenaga kerja agar menjadi bisnis yang lebih ramping dan lebih berkelanjutan. [ah/au]