Tautan-tautan Akses

Afrika Selatan Beri Penghormatan Terakhir untuk Winnie Madikizela-Mandela


Peti jenazah Winnie Madikizela-Mandela diusung dari Stadion Orlando dalam upacara pemakaman di Soweto, Afrika Selatan, 14 April 2018.
Peti jenazah Winnie Madikizela-Mandela diusung dari Stadion Orlando dalam upacara pemakaman di Soweto, Afrika Selatan, 14 April 2018.

Warga Afrika Selatan menyelenggarakan upacara pemakaman Winnie Madikizela-Mandela, salah satu tokoh gerakan anti-apartheid Afrika Selatan dan anggota parlemen dari 2009 sampai meninggal pada awal bulan ini.

Dia dikenal oleh pendukungnya sebagai “Ibu Bangsa,” dan menikah dengan pahlawan anti-apartheid Nelson Mandela. Winnie menjadi juru bicara Nelson ketika dia mendekam di penjara selama 27 tahun.

Madikizela-Mandela dikenang pada misa yang dihadiri hampir 40 ribu pelayat di Soweto, daerah tempat tinggalnya di Johannesburg.

“Dia berani berbicara kebenaran dihadapan kekuasaan,” kata Presiden Cyril Ramaphosa dalam sambutannya. “Dengan nyaring dan tanpa tedeng aling-aling.”

Stadion Orlando padat dengan pelayat yang menghadiri upacara pemakaman kenegaraan.

Mandela dipuji karena aktivisme anti-apartheidnya dan kampanye publik yang diperjuangkannya untuk membebaskan suaminya sementara di penjara.

Tetapi reputasi Winnie juga sempat tercemar oleh pelanggaran HAM, dimana dia dijatuhi hukuman namun ditangguhkan, dan sebuah denda pada 1991. Dia terbukti bersalah dan terlibat dalam serangan dan penculikan seorang berusia 14 tahun yang dituduh jadi informan untuk polisi.

Putri Winnie, Zenani, sempat melancarkan kecaman seperti ibunya dalam sambutannya. “Memuji dia sekarang setelah dia pergi menunjukkan betapa hipokritnya kalian,” kata Zenani. “Menjadi jelas bahwa Afrika Selatan, dan dunia, memberlakukan standar moralitas berbeda terhadap laki-laki dan perempuan.”

Ramaphosa menyisipkan beberapa kata-kata penyesalan dalam pidatonya, “Dia menjadi saksi dan pembela dari penderitaan kita. Kita tidak melakukan hal sama untuk dirinya.” [jm/em]

XS
SM
MD
LG