Dengan fokus pada ahli agama garis keras, Afghanistan bersiap menyelenggarakan konferensi agama internasional dalam upaya mencari solusi damai atas konflik di negara itu, kata demikian Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan (HPC) dalam pernyataannya.
HPC mengatakan kepada VOA, sangat penting agar para cendekiawan Pakistan yang berpendapat bahwa pemberontakan Taliban di Afghanistan adalah hal yang wajar, ikut serta dalam “Konferensi Agama Agung” itu.
“Kami berharap para cendekiawan Pakistan seperti Maulana Fazal-ur-Rehman dan Maulana Sami-ul-Haq, yang melihat perang di Afghanistan sebagai jihad yang sah, ikut serta dalam konferensi ini,” ujar Sayed Ehsan Tahera, juru bicara Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan kepada VOA.
Rehman, yang juga anggota Majelis Nasional Afghanistan, mengaitkan pemberontakan Taliban-Afghanistan dengan kehadiran pasukan Amerika dan NATO di negara itu, dalam rangka membenarkan aksi kekerasan Taliban di Afghanistan.
Partai Jamiat Ulema-e-Islam pimpinan Rehman juga dituduh mempertahankan hubungan dengan beragam kelompok-kelompok militan.
Hal senada disampaikan Haq, yang dikenal sebagai “Bapak Taliban” dan secara terbuka mendukung pemberontakan Taliban di Afghanistan.
“Beri mereka waktu satu tahun saja, dan mereka akan membuat semua orang di Afghanistan bahagia,” ujar Haq dalam wawancara dengan Reuters pada 2013.
Gerakan Taliban digagas di Darul Uloom Haqqnia, sebuah madrasah Pakistan yang dikelola oleh Maulana Sami-ul-Haq.
Konferensi keagamaan internasional akan memberikan kesempatan pada ulama Islam untuk pemahaman yang sama dalam hal perang dan perdamaian di Afghanistan.
“Kontraterorisme di kawasan ini dan di Afghanistan, juga perdamaian dan perang di Afghanistan, akan menjadi topik utama diskusi, sesuai prinsip-prinsip Islam,’’ ujar Taheri. “Belum jelas dimana konferensi itu akan diselenggarakan,”kata Taheri menambahkan.
Dewan Perdamaian Afghanistan telah menggandakan upaya untuk mendapatkan suara negara-negara Islam guna meyakinkan Taliban dan para pendukungnya untuk mengakhiri perang di Afghanistan, setelah Presiden Ashraf Ghani menawarkan perundingan perdamaian tanpa syarat kepada para pemberontak itu. [em/jm]